Langsung ke konten utama

RAGAM BAHASA

BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang
Wilayah Indonesia merupakan kepulauan dengan belasan ribu pulau besar dan kecil yang saling dipisahkan oleh laut dan selat. Penduduknya terdiri atas berbagai suku bangsa yang memiliki bahasa daerahnya masing-masing dengan latar belakang budaya dan agama yang beragam. Semuanya itu mempunyai dampak pada bahasa Indonesia, bahasa persatuan bangsa Indonesia yang masyarakatnya sangat majemuk.
Seperti bahasa-bahasa lain, bahasa Indonesia mempunyai berbagai ragam bahasa, berbagai variasi bahasa. Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990).
Seiring dengan perkembangan zaman yang sekarang ini banyak masyarakat yang mengalami perubahan. Bahasa pun juga mengalami perubahan. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang disebut ragam standar (Subarianto, 2000).

1.2  Rumusan Masalah
Ragam bahasa timbul seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannnya. Agar banyaknya variasi tidak mengurangi fungsi bahasa sebagai alat komunikasi yang efisien, dalam bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang cocok untuk keperluan tertentu yang disebut ragam standar.

1.3  Tujuan Penelitian
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah memahami apa arti ragam bahasa dan cara untuk mengaplikasikan bahasa dalam sehari-hari berdasarkan topik pembicaraan.



BAB II
PEMBAHASAN



2.1         Pengertian Ragam Bahasa
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Ragam bahasa yang oleh penuturnya dianggap sebagai ragam yang baik (mempunyai prestise tinggi), yang biasa digunakan di kalangan terdidik, di dalam karya ilmiah (karangan teknis, perundang-undangan), di dalam suasana resmi, atau di dalam surat menyurat resmi (seperti surat dinas) disebut ragam bahasa baku atau ragam bahasa resmi.
Ragam bahasa adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menunjukan salah satu dari sekian variasi yang terdapat dalam pemakaian bahasa. Sedangkan ragam itu timbul karena kebutuhan penutur akan adanya alat komunikasi yang sesuai dengan konteks sosialnya. Adanya berbagai ragam menunjukkan bahwa pemakaian bahasa (tutur) itu bersifat heterogen (aneka ragam).

2.2         Ragam Bahasa Menurut Pandangan Penutur
Penetapan ragam yang dipakai bergantung pada situasi, kondisi, topik pembicaraan, serta bentuk hubungan antar pelaku. Berbagai faktor akan mempengaruhi cara pandang penutur untuk menetapkan salah satu ragam yang digunakan.
Ragam bahasa dilihat dari sudut pandangan penutur dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: Ragam Dialek / Daerah, Ragam Terpelajar / Pendidikan, Ragam Sikap (Ragam Resmi dan Ragam Tak Resmi).


2.2.1             Daerah penutur
Ragam daerah/dialek adalah variasi bahasa yang dipakai oleh kelompok bahasawan ditempat tertentu (Kridalaksana, 1993:42). Dalam istilah lama disebut dengan logat. Logat yang paling menonjol yang mudah diamati ialah lafal (Sugono, 1999:11). Logat bahasa Indonesia orang Jawa tampak dalam pelafalan /b/ pada posisi awal nama-nama kota, seperti mBandung, mBayuwangi, atau realisai pelafalan kata seperti pendidi’an, tabra’an, kenai’an, gera’an. Logat daerah paling terdengar jelas karena tata bunyinya. Logat indonesia yang dilafalkan oleh seorang Tapanuli dapat dikenali, misalnya karena tekanan kata yang amat jelas; logat indonesia orang bali dan jawa, karena pelaksanaan bunyi /t/ dan /d/-nya. Ciri-ciri khas yang meliputi tekanan, turun naiknya nada, dan panjang pendeknya bunyi bahasa membangun aksen yang berbeda-beda.

2.2.2              Pendidikan Penutur
Tingkat pendidikan penutur bahasa indonesia juga mewarnai penggunaan bahasa indonesia. Bahasa indonesia yang digunakan oleh kelompok penutur berpendidikan tampak jelas perbedeaannya dengan yang digunakan oleh kelompok penutur yang tidak berpendidikan.
Ragam bahasa ini menyilangi ragam dialek, memungkinkan perbedaan yang jelas antara kaum yang berpendidikan formal dan yang tidak. Tata bunyi Indonesia golongan yang kedua itu berbeda dengan fonologi kaum terpelajar. Bunyi /f/ dan gugus konsonan /ks/, misalnya tidak selalu terdapat dalam ujaran orang yang tidak atau hampir tidak bersekolah. Bentuk fadil, fakultas, film, fitnah, kompleks; diucapkan menjadi padil, pakultas, pilem, pitenah, komplek. Perbedaan ini juga terlihat pada tata bahasa. Kalimat “Saya mau tulis surat ke pamanku”, cukup jelas maksudnya, namun bentuk kata dalam kalimat tersebut meninggalkan awalan yang seharusnya dipakai. Bahasa yang terpelihara menurut bentuknya menjadi “Saya akan menulis surat itu kepada paman saya”.

2.2.3              Sikap Penutur
Sikap penutur tercermin dalam lagam dan gaya. Pemilihannya tergantung pada sikap penutur terhadap orang yang diajak bicara atau terhadap pembacanya. Sikap ini antara lain dipengaruhi oleh umur dan kedudukan yang disapa, pokok persoalan yang hendak disampaikan, dan tujuan penyampaian informasi. Bentuk ragam tersebut misalnya sikap kaku dan resmi, adab dingin, hambar, hangat, akrab, atau santai yang tercermin dalam kosa kata dan tata bahasa. Misalnya kita dapat mengamati bahasa seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Semakin formal jarak penutur dan lawan bicara akan semakin resmi tingkat kebakuan bahasa yang digunakan. Sebaliknya, semakin rendah tingkat keformalannya, semakin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.
1)      Ragam Resmi
Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi, seperti pertemuan-pertemuan, peraturan-peraturan, dan undangan-undangan. Ciri-ciri ragam bahasa resmi :
a)        Menggunakan unsur gramatikal secara eksplisit dan konsisten;
b)        Menggunakan imbuhan secara lengkap;
c)        Menggunakan kata ganti resmi;
d)       Menggunakan kata baku;
e)        Menggunakan EYD;
f)         Menghindari unsur kedaerahan.
2)      Ragam Tak Resmi
Ragam takresmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi takresmi, seperti dalam pergaulan, dan percakapan pribadi, seperti dalam pergaulan, dan percakapan pribadi (Keraf,1991:6). Ciri- ciri ragam bahasa tidak resmi kebalikan dari ragam bahasa resmi.
a)        Ragam bahasa bahasa tidak resmi ini digunakan ketika kita berada dalam situasi yang tidak normal.
b)        Ragam bahasa resmi atau takresmi ditentukan oleh tingkat keformalan bahasa yang digunakan. Semakin tinggi tingkat kebakuan suatu bahasa, derarti semakin resmi bahas yang digunakan. Sebaliknya semakin rendah pula tingkat keformalannya, makin rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan (Sugono, 1998:12-13). Contoh: Bahasa yang digunakan oleh bawahan kepada atasan adalah bahas resmi sedangkan bahasa yang digunakan oleh anak muda adalah ragam bahasa santai/takresmi.
2.3         Ragam Bahasa Menurut Jenis Pemakaian
Ragam bahasa memiliki jumlah yang sangat banyak karena penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi tidak terlepas dari latar budaya penuturnya yang berbeda-beda. Selain itu, pemakaian bahasa juga bergantung pada pokok persoalan yang dibicarakan serta keperluan pemakainya.
Berdasarkan jenis pemakaian, ragam bahasa dibagi menjadi: ragam politik, ragam hukum, ragam sosial dan fungsional, ragam jurnalistik, Ragam sastra, dan Ragam Bahasa Ilmiah. Jenis-jenis ragam bahasa tersebut akan dijelaskan secara rinci sebagai berikut.
1)        Ragam Politik
Bahasa politik berisi kebijakan yang dibuat oleh penguasa dalam rangka menata dan mengatur kehidupan masyarakat. dengan sendirinya penguasa merupakan salah satu sumber penutur bahasa yang mempunyai pengaruh yang besar dalam pengembangan bahasa di masyarakat.
2)        Ragam Hukum
Salah satu ciri khas dari bahasa hukum adalah penggunaan kalimat yang panjang dengan pola kalimat luas. Diakui bahwa bahasa hukum Indonesia tidak terlalu memperhatikan sifat dan ciri khas bahasa Indonesia dalam strukturnya. Hal ini disebabkan karena hukum Indonesia pada umumnya didasarkan pada hukum yang ditulis pada zaman penjajahan Belanda dan ditulis dalam bahasa Belanda. Namun, terkadang sangat sulit menggunakan kalimat yang pendek dalam bahasa hukum karena dalam bahasa hukum kejelasan norma-norma dan aturan terkadang membutuhkan penjelasan yang lebar, jelas kriterianya, keadaan, serta situasi yang dimaksud. Contohnya dia dihukum karena melakukan tindak pidana.
3)        Ragam Sosial dan Ragam Fungsional
Ragam sosial dapat didefinisikan sebagai ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil di masyarakat. Ragam sosial membedakan penggunaan bahasa berdasarkan hubungan orang misalnya berbahasa dengan keluarga, teman akrab dan atau sebaya, serta tingkat status sosial orang yang menjadi lawan bicara. Ragam sosial ini juga berlaku pada ragam tulis maupun ragam lisan. Sebagai contoh orang takkan sama dalam menyebut lawan bicara jika berbicara dengan teman dan orang yang punya kedudukan sosial yang lebih tinggi. Pembicara dapat menyebut “kamu” pada lawan bicara yang merupakan teman tetapi takkan melakukan itu jika berbicara dengan orang dengan status sosial yang lebih tinggi atau kepada orang tua.
Ragam fungsional, sering juga disebut ragam professional merupakan ragam bahasa yang diakitkan dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya. Sebagai contoh yaitu adanya ragam keagamaan, ragam kedokteran, ragam teknologi dll. Masing-masing ragam tersebut memiliki fungsi pada dunia mereka sendiri. Contoh anak itu menderita penyakit kuorsior.
4)        Ragam Jurnalistik
Bahasa Jurnalistik adalah ragam bahasa yang dipergunakan oleh dunia persurat-kabaran (dunia pers = media massa cetak). Dalam perkembangan lebih lanjut, bahasa jurnalistik adalah bahasa yang dipergunakan oleh seluruh media massa. Termasuk media massa audio (radio), audio visual (televisi) dan multimedia (internet). Hingga bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa, yang dibentuk karena spesifikasi materi yang disampaikannya. Ragam khusus jurnalistik termasuk dalam ragam bahasa ringkas.
Ragam ringkas mempunyai sifat-sifat umum sebagai berikut.
a)         Bahasanya padat,
b)        Selalu berpusat pada hal yang dibicarakan,
c)         Banyak sifat objektifnya daripada subjektifnya,
d)        Lebih banyak unsur pikiran daripada perasaan,
e)         Lebih bersifat memberitahukan daripada menggerakkan emosi.
Tujuan utama dari ragam jurnalistik ialah supaya pendengar/pembaca tahu atau mengerti. Oleh karena itu, yang diutamakan ialah jelas dan seksamanya. Kalimat-kalimatnya disusun selogis-logisnya.
Bahasa jurnalistik ditujukan kepada umum, tidak membedakan tingkat kecerdasan, kedudukan, keyakinan, dan pengetahuan.
5)        Ragam Sastra
Ragam bahasa sastra memiliki sifat atau karakter subjektif, lentur, konotatif, kreatif dan inovatif. Dalam bahasa yang beragam khusus terdapat kata-kata, cara-cara penuturan, dan ungkapan-ungkapan yang khusus, yang kurang lazim atau tak dikenal dalam bahasa umum. Bahasa sastra ialah bahasa yang dipakai untuk menyampaikan emosi (perasaan) dan pikiran, fantasi dan lukisan angan-angan, penghayatan batin dan lahir, peristiwa dan khayalan, dengan bentuk istimewa. Istimewa karena kekuatan efeknya pada pendengar/pembaca dan istimewa cara penuturannya. Bahasa dalam ragam sastra ini digunakan sebagai bahan kesenian di samping alat komunikasi. Untuk memperbesar efek penuturan dikerahkan segala kemampuan yang ada pada bahasa. Arti, bunyi, asosiasi, irama, tekanan, suara, panjang pendek suara, persesuaian bunyi kata, sajak, asonansi, posisi kata, ulangan kata/kalimat dimana perlu dikerahkan untuk mempertinggi efek. Misalnya, bahasa dalam sajak jelas bedanya dengan bahasa dalam karangan umum.
Ragam bahasa sastra banyak mengunakan kalimat yang tidak efektif. Penggambaran yang sejelas-jelasnya melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca. Contohnya cerita itu menggunakan unsur flashback.
6)        Ragam Bahasa Ilmiah
Ragam ilmiah merupakan salah satu ragam yang digunakan dalam menulis karya ilmiah, baik tulis maupun lisan, dalam memaparkan fakta, konsep, teori atau gabungan dari ketiganya. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah, kiranya perlu digunakan ragam bahasa tulis yang baku, ejaan yang baku, kata-kata dan istilah yang baku, sengatan yang baku dan struktur kalimat yang baku pula, yang dirangkai dalam paragraf secara sistematis dan masuk akal. Selain mengikuti kaidah-kidah umum bahasa Indonesia, bahasa yang digunakan dalam menyusun karya ilmiah mempunyai ciri-ciri tertentu sebagai berikut.
a)         Bahasa dalam karya tulis ilmiah bersifat formal dan obyektif. Oleh karena itu tingkat bahasa yang digunakan juga tingkat bahasa formal, bukan harian (Johannes, 1979). Gagasan yang disampaikan didasarkan atas fakta dan tidak berpihak pada siapa pun.
b)        Bahasa dalam karya tulis ilmiah termasuk ragam bahasa baku. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia baku dan sedapat mungkin menghindari kata-kata asing atau daerah yang tidak lazim digunakan atau yang sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
c)         Bahasa dalam karya tulis ilmiah bukan suatu dialek. Oleh karena itu, dalam karya tulis ilmiah perlu dihindari ungkapan-ungkapan yang berbau dialek (Ramelan, 1982).
d)        Bahasa dalam karya tulis ilmiah lebih berkomunikasi dengan pikiran daripada perasaan. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan bersifat tenang, sederhana, tidak emosional, tidak ekstrem, tidak berlebihan (Johannes, 1979).
e)         Komunikasi gagasan dalam karya tulis ilmiah harus secara lengkap, jelas, singkat, meyakinkan, tepat. Dalam bahasa Inggris dikatakan “The a, b, c of scientificwriting is that it should be accurate, brief, and clear” (Johannes, 1979). Bahasa dalam karya tulis ilmiah harus cermat, singkat, dan jelas.
f)         Dalam karya tulis ilmiah dihindari bahasa yang usang, kolot, dan basi (Johannes, 1979).
g)        Dalam karya tulis ilmiah dihindari kata-kata yang mubazir (redundant) (Johannes, 1979).
h)        Dalam karya tulis ilmiah dihindari kalimat-kalimat mendua arti (bermakna ganda, ambigous) (Ramelan, 1982).
i)          Dalam karya tulis ilmiah lazim digunakan ragam pasif (Johannes, 1979) karena dalam ragam pasif, peristiwa lebih diutamakan daripada pelaku perbutan (Ramelan, 1982). Namun perlu diperhatikan bahwa kalimat pasif umumnya kurang tegas dan lebih panjang, jadi tidak seluruh karangan harus ditulis dalam ragam pasif.
j)          Kalimat-kalimat dalam karya tulis ilmiah panjangnya sedang.
k)        Karya tulis ilmiah lazim menggunakan gambar, diagram, tabel, dan analisis ilmu pasti (Johannes, 1979).
l)          Tanda baca, lambang ilmiah, singkatan, rujukan, jenis huruf (besar, kecil, tegak, miring, tebal, tipis) dalam karya tulis ilmiah sangat diperhatikan (Johannes, 1979).

2.3.1              Bidang Pemakaian
Ragam bahasa pemakaian dipengaruhi oleh luasnya pergaulan, pendidikan, profesi, pengalaman, bidang yang dimaksud ialah agama, politik, ilmu, teknologi, pertukangan, perdagangan, seni rupa, seni sastra, olah raga, perundang-undangan, dan angkatan bersenjata. Setiap bidang tersebut mempunyai kekhasan di bidang kosa kata dan variasi tata bahasanya.

2.3.2              Sarana / Medium
Ragam bahasa sarana lazimnya dibagi atas ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. Sedangkan Perbedaannya terletak pada suasana dan peristiwa.
1)        Ragam Bahasa Lisan
Bahasa lisan adalah bahasa yang dihasilkan dengan menggunakan alat ucap (organ of speech) – dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam bahasa lisan, kita menggunakan lafal, dalam ragam bahasa tulis, kita menggunakan tata cara penulisan (ejaan).
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis.  Kedua ragam itu masing-masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.
Ciri-ciri ragam lisan:
a)    Memerlukan orang kedua/teman bicara;
b)   Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
c)    Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
d)   Berlangsung cepat;
e)    Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
f)    Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
g)   Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.
h)   Di pengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.

Contoh ragam lisan
a)    Penggunaan Bentuk Kata
o  Nia sedang baca surat kabar.
o  Ari mau nulis surat.
o  Tapi kau tak boleh nolak lamaran itu.
o  Mereka tinggal di Medan.
o  Jalan layang itu untuk mengatasi kamacetan lalu lintas.
b)   Penggunaan Kosa Kata
o  Alzeta bilang kalau kita harus belajar.
o  Kita harus bikin karya tulis.
o  Saya sudah kasih tahu mereka tentang hal itu.

c)    Penggunaan Struktur Kalimat
o  Rencana ini sudah saya sampaikan kepada Direktur.
o  Dalam “Asah Terampil” ini dihadiri juga oleh Gubernur Jakarta
Ragam lisan yang antara lain meliputi:
a)        Ragam bahasa cakapan
b)        Ragam bahasa pidato
c)        Ragam bahasa kuliah
d)       Ragam bahasa panggung
2)        Ragam Bahasa Tulis
Bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan – dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam bahasa tulis, orang diajak bicara tidak berhadapan, akibatnya bahasa kita perlu lebih terang dan jelas, karena ujaran kita tidak dapat disertai dengan gerak dan intonasi sebagai upaya penekanan. Misalnya, kalimat ujaran “Darto tidak mengambil uangmu”, yang disertai tekanan khusus pada kata tidak, dalam ragam tulis mungkin dapat berbentuk Bukan Darto yang mengambil uangmu.
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan media tulis seperti kertas dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan dan kosakata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata atau pun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca daam mengungkapkan ide. Ragam tulis yang standar kita temui dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster, iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis non standar dalam majalah remaja, iklan, atau poster.
Ciri-ciri ragam tulis :
a)        Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara.
b)        Bersifat objektif.
c)        Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu.
d)       Mengemban konsep makna yang jelas.
e)        Harus memperhatikan unsur gramatikal.
f)         Berlangsung lambat.
g)        Jelas struktur bahasanya, susunan kalimatnya juga jeas, dan runtut.
h)        Selalu memakai alat bantu;
i)          Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
j)          Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda baca.
Ketentuan-ketentuan ragam tulis :
a)        Memakai ejaan resmi.
b)        Menghindari unsur kedaerahan.
c)        Memakai fungsi gramatikal secara eksplisit.
d)       Memakai bentuk sintesis.
e)        Pemakaian partikel secara konsisten.
f)         Menghindari unsur leksikal yang terpengaruh bahasa daerah
Kelebihan ragam bahasa tulis :
a)        Informasi yang disajikan bisa pilih untuk dikemas sebagai media atau materi yang menarik dan menyenangkan.
b)        Umumnya memiliki kedekatan budaya dengan kehidupan masyarakat.
c)        Sebagai sarana memperkaya kosakata.
d)       Dapat digunakan untuk menyampaikan maksud, membeberkan informasi atau mengungkap unsur-unsur emosi sehingga mampu mencanggihkan wawasan pembaca.
Kelemahan ragam bahasa tulis :
a)        Alat atau sarana yang memperjelas pengertian seperti bahasa lisan tidak ada akibatnya bahasa tulisan harus disusun lebih sempurna.
b)        Tidak mampu menyajikan berita secara lugas, jernih dan jujur, jika harus mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang dianggap cendrung miskin daya pikat dan nilai jual.
c)        Yang tidak ada dalam bahasa tulisan tidak dapat diperjelas/ditolong,  oleh karena itu dalam bahasa tulisan diperlukan keseksamaan yang lebih besar.
Contoh ragam tulis adalah ’Saya sudah membaca buku itu.’
Ragam tulis yang antara lain meliputi:
a)        Ragam bahasa teknis
b)        Ragam bahasa undang-undang
c)        Ragam bahasa catatan
d)       Ragam bahasa surat
Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis berdasarkan tata bahasa dan kosa kata:
Tabel 2.1 Contoh perbedaan bahasa lisan dan tulisan
Ragam bahasa lisan
Ragam bahasa tulis
Tata Bahasa
Nia sedang baca surat kabar
Nia sedang membaca surat kabar
Kosa kata
Ariani bilang kalau kita harus belajar
Ariani mengatakan bahwa kita harus belajar


2.3.3              Menurut Situasi
Ada dua masalah pokok dalam penggunaan bahasa, yaitu penggunaan bahasa baku dan penggunaan bahasa tidak baku. Penggunaan bahasa tersebut terkait dengan situasi, yaitu situasi resmi dan situasi tidak resmi. Didalam situasi resmi (disekolah, dikantor, pertemuan resmi) digunakan bahasa baku, sedangkan dalam situasi tidak resmi digunakan bahasa tidak baku. Jadi, penggunaan bahasa baku dan tidak baku harus melihat dimana, dengan siapa, topik apa, dan tujuan pembicaraan. Ciri - ciri dari ragam bahasa resmi adalah menggunakan kata baku, menggunakan imbuhan secara lengkap, menggunakan EYD, menghindari unsur kedaerahan. Fungsi dari penggunaan bahasa resmi diantaranya adalah sebagai pemersatu berbagai bahasa (memperkuat perasaan nasional masyarakat dengan bahasa yang bersangkutan), pemberi kekhasan, memberi kesan wibawa demi mencapai pembicaraan yang sederajat dengan orang yang dihormati atau yang lebih tua, dan sebagai kerangka acuan. Penggunaan bahasa baku selalu dikaitkan dengan situasi resmi sehingga ragam bahasa tersebut juga disebut ragam bahasa resmi. Dengan demikian, ragam bahasa resmi pada umumnya mengikuti kaidah baku. Sebaliknya, ragam tidak resmi atau ragam satai pada umumnya digunakan dalam percakapan yang tidak resmi. Perbedaan tersebut tampak dalam pilihan kata dan penerapan kaidah tata bahasa.
1)          Bahasa Baku
Bahasa baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya atau ragam bahasa yang dipakai jika kawan bicara adalah orang yang dihormati oleh pembicara, atau jika topik pembicaraan bersifat resmi (mis. Surat-menyurat dinas, perundang-undangan, karangan teknis), atau jika pembicara dilakukan didepan umum.
Ragam baku itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a)         Kemantapan dinamis
Mantap artinya sesuai dengan kaidah bahasa, kalau katarasa dibubuhi awalan pe-, akan terbentuk kata perasa. Kataraba dibubuhi pe-, akan terbentuk kata peraba. Oleh karena itu, menurut kemantapan bahasa, kata rajin dibubuhi pe-, akan menjadi perajin, bukan pengrajin. Kalau kita berpegang pada sifat mantap, kata pengrajin tidak dapat kita terima.
Dinamis artinya tidak statis, tidak kaku. Kata langganan mempunyai makna ganda, yaitu orang yang berlangganan dan toko tempat berlangganan. Dalam hal ini, tokonya disebutlangganan dan orang yang berlangganan itu disebut pelanggan.

b)        Cendekia
Ragam baku bersifat cendekia karena ragam baku dipakai pada tempat-tempat resmi. Pewujud ragam baku ini adalah orang-orang yang terpelajar. Hal ini dimungkinkan oleh pembinaan dan pengembangan bahasa yang lebih banyak melalui jalur pendidikan formal (sekolah).
Di samping itu, ragam baku dapat dengan tepat memberikan gambaran apa yang ada dalam otak pembicara atau penulis. Selanjutnya, ragam baku dapat memberikan gambaran yang jelas dalam otak pendengar atau pembaca.
c)         Seragam
Ragam baku bersifat seragam, pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik keseragaman. Pelayan kapal terbang dianjurkan untuk memakai istilah pramugara dan pramugari. Andaikata ada orang yang mengusulkan bahwa pelayan kapal terbang disebut steward atau stewardes dan penyerapan itu seragam, kata itu menjadi ragam baku. Akan tetapi, kata steward dan stewardes sampai dengan saat ini tidak disepekati untuk dipakai. Yang timbul dalam masyarakat ialah pramugara atau pramugari.
2)          Bahasa Tak Baku
Bahasa tidak baku adalah ragam yang tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang menyimpang dari norma ragam baku.


2.4         Ragam Bahasa Menurut Gangguan Pencampuran
Ragam ini ditandai dengan adanya proses pencampuran bahasa yang digunakan secara berdampingan sehingga muncul bahasa sleng, misalnya. Bahasa ini tidak layak digunakan sebagai bahasa baku. Ada bahasa sleng berdasarkan geografi, misalnya bahasa orang Cirebon adalah percampuran antara bahasa Jawa dan Sunda, ada juga bahasa sleng berdasarkan kepentingan tertentu (rahasia/sandi/praktis), misalnya bahasa yang sering digunakan oleh kalangan tentara (kodam: komando daerah) atau oleh kalangan pebisnis properti (ruko: rumah toko).



 BAB III
   PENUTUP

3.1              Kesimpulan
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara (Bachman, 1990).
Ragam Bahasa terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
1)        Ragam bahasa menurut pandangan penutur yakni ada daerah/dialek, pendidikan dan sikap penutur.
2)        Ragam bahasa menurut jenis pemakaian dirinci sebagai berikut:
a)      Ragam bahasa Sudut Pandang Bidang atau Pokok Pembicaraan Penguasaan
b)      Ragam Bahasa Menurut Media/Sarananya (Bahasa lisan dan tulis)
c)      Ragam yang Mengalami Gangguan Pencampuran

3.2              Saran
Sebagai penduduk indonesia harus menggunakan ragam bahasa yang baik dan benar sehingga keberadaan ragam bahasa itu sendiri tidak punah dengan adanya bahasa-bahasa yang terkadang jauh dari aturan bahasa yang ada di indonesia bahkan bertentangan.


1DAFTAR PUSTAKA

Keraf, Gorys., 1994, Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, Penerbit Nusa Indah, NTT.
Rahardi, Kunjawa., 2009, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, Penerbit Erlangga, Jakarta.
http://pendidikanmatematika2011.blogspot.com/2012/04/reski-andika-saing.html diakses pada tanggal 30 Maret 2017
http://merrycmerry.blogspot.com/2011/10/makalah-bahasa-indonesia-ragam-bahasa.html diakses pada tanggal 30 Maret 2017
http://irfanisprayudhi.wordpress.com/2013/09/30/arti-fungsi-dan-ragam-bahasa diakses pada tanggal 30 Maret 2017
https://id.wikipedia.org/wiki/Ragam_bahasa diakses pada tanggal 30 Maret 2017
https://sastra-sekura.blogspot.co.id/2015/11/ragam-bahasa-berdasarkan-penutur.html diakses pada tanggal 30 Maret 2017
https://id.scribd.com/doc/229716657/Ragam-Bahasa-Berdasarkan-Situasi-Pemakaian diakses pada tanggal 30 Maret 2017















Komentar

  1. PT TWIN Logistics perusahaan Ppjk ingin mengajukan penawaran kerjasama dalam bidang pengurusan barang Import RESMI & BORONGAN.

    Services Kami,
    Customs Clearance Import sistem Resmi maupun Borongan
    Penanganan secara Door to Door ASIA & EROPA Sea & Air Service
    Penyediaan Legalitas Under-Name (Penyewaan Bendera Perusahaan)
    Pengiriman Domestik antar pulau seluruh Indonesia laut dan Udara atau Darat.

    Keterangan tambahan :
    1. Nomor Induk Berusaha ( NIB ) : 1257002601078
    2. IT ( Mainan, Elektronic, Garmen, Sepatu dan Peralatan kaki lainnya )
    3. SPI-PI Besi Baja,
    4. SPI-PI Produk Kehutanan,
    5. SPI-PI Barang Bekas,
    6. SPI-PI Tekstil & Izin TPT
    7. Produk-produk Lartas SNI
    8. LS ( Laporan Surveyor )
    9. LS Alas kaki
    10. LS Garment
    11. LS Textile
    12. LS Electronik

    Terima kasih atas kepercayaan kepada kami, semoga kerjasamanya berjalan dengan baik dan lancar.
    Jika ada pertanyaan lebih lanjut, Bpk/ Ibu dapat menghubungi Customer Support PT TWIN Logistics melalui Nomor Phone : +62 21 8498-6182, 8591-7811 Whatssapp : 0819-0806-0678 E-Mail : andijm.twinlogistics@yahoo.com

    Mr. Andi JM
    Hp Whatssapp : 0819-0806-0678 / 0813-8186-4189
    = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = == = = = =
    PT TUNGGAL WAHANA INDAH NUSANTARA
    Jl. Raya Utan Kayu No.105 B Jakarta Timur 13120 Indonesia
    Phone : +62 21 8498-6182, 8591-7811 Fax : +62 21 8591-7812
    Email : pt.twinlogistics@yahoo.com, andijm@twin.co.id
    Web : www.twinlogistics.co.id , www.twin.co.id

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Struktur Organisasi PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Cabang Cibitung

PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk . (“ICBP”) merupakan salah satu produsen produk konsumen bermerek yang mapan dan terkemuka, dengan kegiatan usaha utama antara lain mi e instan, dairy, makanan ringan, penyedap makanan, nutrisi dan makanan khusus serta minuman. Guna mendukung kegiatan usaha utamanya, ICBP juga menjalankan kegiatan usaha kemasan yang memproduksi baik kemasan fleksibel maupun karton. ICBP menawarkan berbagai pilihan produk solusi sehari-hari bagi konsumen di segala usia dan segmen pasar, melalui lebih dari 40 merek produk. Banyak di antara merek-merek tersebut merupakan merek terkemuka dengan posisi pasar yang signifikan di Indonesia, serta memperoleh kepercayaan dan loyalitas jutaan konsumen selama bertahun-tahun. Dengan didukung oleh jaringan distribusi yang ekstensif dari perusahaan induk, sebagian besar produk ICBP telah tersedia di seluruh nusantara, dan juga dapat memenuhi permintaan pasar secara tepat waktu dan lebih efisien. Kegiatan operasional yang

Peran, Fungsi, dan Kedudukan Bahasa Indonesia

BAB I P ENDAHULUAN 1.1       Latar Belakang Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang ke orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan tujuannya. Bahasa Indonesia itu sendiri merupakan bahasa yang sudah dipakai oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu,namun tidak semua orang mengerti peranan dan fungsi dari bahasa Indonesia tersebut selain menjadi alat komunikasi,dan tidak semua orang mengerti kedudukan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia perlu dipelajari oleh semua lapisan masyarakat. Tidak hanya pelajar dan mahasiswa saja,tetapi seluruh warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia. 1.2       Tujuan Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari peran,fungsi serta kedudukan bahasa Indonesia. Karena sebagai warga Indonesia kita wajib mengetahui dan memahami peran,fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia secara umum. 1.3       Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari bahasa 2. Apa pengertian dari bahasa Indones

Kalimat Efektif dan Kalimat Turunan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1       LATAR BELAKANG Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang d