Langsung ke konten utama

EYD DAN TANDA BACA

BAB 1
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang  mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf kapital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan. Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis. Karena dalam sebuah karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar.
Peran EYD yakni sebagai pedoman umum bagi para pengguna Bahasa Indonesia. Siapa pun, kapan pun, dimana pun menggunakan EYD secara benar dan baik, maka harus mengacu pada EYD yang sesuai dengan Undang-Undang dan Pancasila. EYD pun memiliki pengecualian, biasanya pada penulisan judul. EYD yang digunakan saat ini adalah EYD yang telah disepakati oleh 3 negara yakni Indonesia, Malaysia dan Bruneidarussalam.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) ?
2. Apa yang dimaksud dengan kaidah tata tulis?
3 Bagaimana penulisan huruf-huruf kapital dan huruf miring?
4. Bagaimana penulisan kata, istilah, kata depan, dan unsur serapan?
5. Bagaimana pemengggalan kata secara ortografis?
6. Bagaimana penulisan angka dan penggunaan tanda baca?

1.3 Tujuan
1. Dapat menjelaskan tentang pengertian EYD
2. Dapat menjelaskan tentang kaidah tata tulis
3. Dapat menjelaskan penulisan huruf-huruf kapital dan huruf miring
4. Dapat menjelaskan penulisan kata, istilah, kata depan, dan unsur serapan
5. Dapat menjelaskan tentang pemenggalan kata secara ortografis
6. Dapat menjelaskan tentang penulisan angka dan penggunaan tanda baca


BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Ejaan dan Kaidah Tata Tulis
2.1.1 Pengertian EYD
Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata. Sedangkan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis.
Ejaan menurut beberapa para ahli yaitu :
1)    Menurut Chaer (2006: 36), “Ejaan adalah konvensi grafts, perjanjian di antara anggota masyarakat pemakai suatu bahasa untuk menuliskan bahasanya, yang berupa pelambangar fonem dengan huruf, mengatur cara penulisan kata dan penulisan kalimat, beserta dengan tanda-tanda bacanya.
2)    Wirjosoedarmo (1984: 61) berpendapat bahwa “Ejaan adalah aturan menuliskan bunyi ucapan dalam bahasa dengan tanda-tanda atau lambang-lambang.
3)  Keraf (1984: 47) berpendapat bahwa “Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan lambang-larnbang bunyi-ujaran dan bagaimana inter-relasi antara lambang-lambang itu (pemisahannya, penggabungannya) dalam suatu bahasa.
4)  Kridalaksana (2008: 54) mengemukakan bahwa “Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis menulis yang distandarisasikan. yang la/irn mempunyai 3 aspek, yakni aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad, aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfcmis, dan aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.
5)    Menurut KBBI (2005: 285), “Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca.

EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan.  Singkatnya EYD digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar.

2.1.2 Kaidah Tata Tulis
Kaidah bahasa merupakan aturan pemakaian bahasa agar bahasa itu tetap terpelihara dalam perkembangannya. Dalam berbahasa, kita harus mengikuti kaidah sehingga bahasa kita menjadi terpelihara dengan baik, sesuai dengan kaidah yang berlaku. Kaidah bahasa merupakan suatu himpunan beberapa patokan umum berdasarkan struktur bahasa. Kaidah tata tulis terdiri dari :
1)        Pemakaian huruf
2)        Penulisan huruf
3)        Penulisan kata
4)        Pungtuasi (tanda baca)
            Ejaan yang berlaku dalam bahasa Indonesia sekarang menganut sistem ejaan fonemis, yaitu satu bunyi dilambangkan dengan satu tanda (huruf). Akan tetapi, kenyataannya masih terdapat kekurangan. Kekurangan tersebut terlihat pada adanya fonem (bunyi) yang masih dilambangkan dengan dua tanda, yaitu /ng/, /ny/, /kh/, dan /sy/. Sebaliknya, ada dua fonem yang dilambangkan dengan satu tanda saja, yaitu /e/ pepet dan /e/ taling. Hal ini dapat menimbulkan hambatan dalam penyusunan ejaan bahasa Indonesia yang lebih sempurna.

2.2 Penulisan Huruf-huruf Kapital dan Huruf Miring
2.2.1 Huruf Kapital
Kaidah penulisan huruf kapital dapat digunakan dalam beberapa hal, yaitu :
1)   Digunakan sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. 
2)   Digunakan sebagai huruf pertama petikan langsung.
3)   Digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, kata ganti Tuhan, dan nama kitab suci.
4)  Digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan yang diikuti nama orang.
5)  Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang, pengganti nama orang tertentu, nama instansi, dan nama tempat.
6)   Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama orang. 
7)   Digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan nama bahasa. 
8)   Digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
9)   Digunakan sebagai huruf pertama nama geografi unsur nama diri. 
10) Digunakan sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah, ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi, kecuali terdapat kata penghubung. 
11)  Digunakan sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan atau sapaan dan pengacuan.
12)  Digunakan sebagai huruf pertama kata ganti Anda. 
13)  Digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan. 
14)  Digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
15)  Digunakan sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul, majalah, surat kabar, dan karangan ilmiah lainnya, kecuali kata depan dan kata penghubung. 

2.2.2 Huruf Miring
Huruf miring digunakan untuk : 
1)        Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
2)        Menegaskan dan mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, dan kelompok kata.

2.3 Pemenggalan Kata secara Ortografis
Pemenggalan kata dasar, baik kata Indonesia maupun kata serapan, dilakukan dengan berpeganga pada prinsip ortografis :
1.       Pemenggalan kata yang mengandung huruf-huruf vokal yang berurutan di tengahnya dilakukan di antara keda huruf vokal itu. Contoh : Bu-ah, I-de-al
2.        Bagian kata yang terdiri atas satu huruf vokal (termasuk akhiran –i).
Contoh : Di-a, i-ni
3.        Suku kata yang mengandung gugus vokal au, of, ae, ci, eu, dan ui, baik dalam kata-kata Indonesia maupaun dalam kata-kata sderapan, diperlakukan sebagai satu suku.
Contoh : Au-la, Ae-ro-bik
Bandingkan dengan : Ka-in, Da-un
Akan tetapi, kata seperti Mei, prei, sai dipenggal menjadi : Me-i, Pre-i, Sa-i
4.        Pemenggalan kata yang mengandung sebuah huruf konsonan dilakukan sebelum huruf konsonan. Contoh : Ba-pak, Wa-jar
5.    Pemenggalan kata yang mengandung dua huruf konsonan berurutan yang tidak mewakili satu fonem dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Contoh : Ap-ril, Jan-ji
 6.   Pemenggalan kata yang di tengahnya terdapat digraf (gabungan huruf konsonan yang mewakili fonem tunggal) dilakukan dengan tetap mempertahankan digraph itu. Contoh: akh-lak, bunyi, dan pang-gung
 7.   Pemenggalan kata yang mengandung tiga atau empat huruf konsonan berurutan  (di tengah kata) dilakukan di antara huruf konsonan pertama atau huruf konsonan kedua. Contoh : ben-trok, in-fra, dan ul-tra
8.    Pemenggalan kata yang mengandung bentuk trans- dilakukan seperti dibawah ini
a. Jika trans- diikuti bentuk bebas, pemenggalannya dilakukan dengan memisahkan trans- sebagai bentuk utuh dan bagian lainnya dipenggal kata dasar. Contoh : trans-migrasi, trans-fusi, dan trans-aksi
b.    Jika trans- diikuti bentuk terikat (berhuruf awal s, sehingga salah satu huruf s itu menjadi luluh), pemenggalan seluruh kata dilakukan dengan mengikuti pola pemenggalan kata dasar. Contoh : Tran-senden, tran-sit, dan tran-skripsi.
9.    Pemenggalan kata yang mengandung bentuk eks- dilakukan seperti dibawah ini
a.   Jika unsur eks- ada dalam kata yang mempunyai bentuk sepadan yang mengandung unsur in- atau im-, pemenggalannya dilakukan antara eks- dan unsur berikutnya. Contoh: eks-tra dan eks- por
b. Bentuk lain yang megandung unsur eks- dipenggal sebagai kata utuh. Pemenggalan eks-  delakukan di antara huruf k dan s. Contoh : ek-sistensi
10. Pemenggalan kata yang terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah satu unsur itu dapat bergabung dengan unsur lain dilakukan  diantara unsur-unsurnya.
       Contoh: tele-skop, bi-o-skop, dan tele-graf
11.   Pemenggalan kata yang terdiri atas unsur serapan asing yang berakhir –isme, dilakukan dengan ketentuan berikut ini.
a.   Pemenggalan unsure serapan asing yang berakhir –isme dan –isme itu didahului oleh huruf vokal (atau bentuk dasar berakhir dengan huruf vokal) dilakukan setelah huruf vokal itu. Contoh : ego-isme dan hero-isme
b.  Pemenggalan unsur serapan asing yang berakhir –isme dan -isme itu didahului oleh sebuah huruf konsonan, dilakukan sebelum huruf konsonan itu. Contoh : huma-nisme, jurna-lisme, dan patrio-tisme
12.   Pemenggalan unsure serapan asing yang berakhir –anda, -asi, -ida, -ika, -ikel,dan –tas. Contoh : dedi-kasi, lo-gika, dan ar-tikel
13.   Pemenggalan unsur serapan asing yang berakhir –ak, -al, -ans, -at, -if, -ik, -or, dan –ur. Contoh : ak-tor, jur-nalis, dan pro-sedur
14.   Pemenggalan unsure serapan asing yang berakhir –I, dan –iah. Contoh: in-sani dan kama-riah  

2.4 Penulisan Kata, Istilah, Kata Depan dan Unsur Serapan
2.4.1 Penulisan Kata
1.        Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Contoh : Buku itu sangat tebal.
2.        Kata Turunan
a.         Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh : bergeletar, dikelola, penetapan, menengok, dll.
b.         Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan, atau akhiran, ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti/mendahuluinya.
Contoh : bertepuk tangan, garis bawahi, sebar luaskan.
c.         Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Contoh : menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan.
d.        Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Contoh : ekstrakurikuler, telepon, transmigrasi.
3.        Bentuk Ulang
Ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Contoh : lauk-pauk, sayur-mayur, tunggang-langgang, anak-anak, centang-perenang, dll.
4.    Gabungan Kata
a.         Gabungan kata biasa disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Contoh : duta besar, kambing hitam, kereta api, mata pelajaran, rumah sakit, simpang empat, dll.
b.         Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan. Contoh : anak-istri saya, ibu-bapak kami, alat pandang-dengar, dll.
c.         Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Contoh : acapkali, adakalanya, beasiswa, dukacita, kasatmata, saputangan, sekalipun, sukacita, dll.
4.        Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Ditulis serangkai dengan kata yang mendahului atau mengikutinya. 
Contoh : Bukuku, bukumu, dan bukunya tersusun rapi.
5.        Kata Depan di, ke, dan dari
Apabila menunjuk kata tempat, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh : di dalam, di mana, ke mana, ke depan, dari sana, dari kota, dll.

2.4.2 Penulisan Istilah
·           Istilah Bahasa Indonesia
Kosakata Bahasa Indonesia dapat diambil sebagai istilah jika Istilah adalah kata atau gabungan kata dengan cermat mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu (PUPI,1992:11). Ada dua macam istilah ,yaitu istilah khusus dan istilah umum. Sumber Istilah Bahasa Indonesia berturut-turut adalah Bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing memenuhi satu syarat atau lebih berikut ini.
a.      Kata yang paling tepat, misalnya daerah- wilayah- kawasan.
b.      Kata yang paling singkat, misalnya tumbuhan pengganggu – gulma.
c.      Kata yang berkonotasi baik, misalnya perempuan – wanita.
d.     Kata umum diberi makna baru, misalnya tanggul –tanggul pengaman.
·           Bahasa Daerah
Pemasukan istilah dari bahasa daerah atau serumpun dapat dibenarkan jika salah satu syarat berikut ini terpenuhi.
a.     Lebih cocok karena konotasinya, misalnya tuntas, anjangsana.
b.   Lebih singkat jika dibandingkan denganterjemahan Indonesianya, missal luwes, mawas diri, sandang pangan.
·           Bahasa Asing
Pemasukan istilah bahasa asing (diutamakan Bahasa Inggris) dapatdipertimbangkan jika salah satu syarat atau lebih yang berikut ini dapat dipenuhi.
a.   Lebih cocok karena konotasinya, misalnya kritik –kecaman.
b.   Lebih singkat daripada terjemahannya, misal studi,diplomasi, dokumen.
c.  Karena keinternasionalannya akan memudahkan pengalihan antar bahasa mengingat keperluan masa depan, misalnya inflasi, bursa, satelit.
d.  Istilah asing yang dipilih dapat memermudah tercapainya kesepakatan jika istilah indonesianya terlalu banyak sinonimnnya, misalnyaa komunikasi.
Asas pengambilan istilah asing ke dalam Bahasa Indonesia melalui empat macam cara, yaitu adopsi, adaptasi, padan kata, dan campuran.
a.    Adopsi , yaitu pengambilan dalam bentuk utuh, misalnya radio, mode.
b.  Adaptasi, pengambilan dengan enyesuaian kaedah dengan Bahasa Indonesia, misalnya energy menjadi energi.
c.    Padan kata, pengambilan istilah denga cara mencari padanan kata asing tersebut di dalam Bahasa Indonesia, misalnya medical di dalam Bahasa Indonesia berarti pengobatan.
d.   Campuran, cara ini dipakai dalam membentuk istilah Bahasa Indonesia terutama istilah yang berua gabungan kata, misalnya electric energy yang berarti energy listrik dalam Bahasa Indonesia.

2.4.3 Penulisan Kata Depan
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
Bermalam sajalah di sini.
Di mana dia sekarang?
Kain itu disimpan di dalam lemari.
Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
Mari kita berangkat ke kantor.
Saya pergi ke sana kemari mencarinya.
Ia datang dari Surabaya kemarin.
Saya tidak tahu dari mana dia berasal.
Cincin itu terbuat dari emas.
Kata-kata yang dicetak miring di dalam kalimat seperti di bawah ini ditulis serangkai.
Misalnya:
Kami percaya sepenuhnya kepadanya.
Dia lebih tua daripada saya.
Dia masuk, lalu keluar lagi.
Bawa kemari gambar itu.
Kesampingkan saja persoalan yang tidak penting itu.
Catatan:
Kata di- yang bertindak sebagai imbuhan, ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Contoh: dijual
Imbuhan di- dirangkaikan dengan tanda hubung jika ditambahkan pada bentuk singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.
Misalnya:
diPHK
di-upgrade

2.4.4 Penulisan Unsur Serapan
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing, seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, Cina, dan Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi dua kelompok besar. Pertama, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffleshuttle cock, dan de l'homme par l'homme. Unsur-unsur itu dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi cara pengucapan dan penulisannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur asing yang penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal itu, diusahakan ejaannya disesuaikan dengan Pedoman Umum Pembentukan Istilah Edisi Ketiga agar bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu adalah sebagai berikut.
a (ain Arab dengan a) menjadi 'a
'asr
Asar
sa'ah
Saat
manfa'ah
Manfaat
' (ain Arab) di akhir suku kata menjadi k
ra'yah
Rakyat
ma'na
Makna
ruku'
Rukuk
aa (Belanda) menjadi a
Paal
Pal
Baal
Bal
octaaf
Oktaf

2.5 Penulisan Angka dan Penggunaan Tanda Baca
2.5.1 Penulisan Angka
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Romawi. Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1000), V (5.000).
Aturan penulisan angka dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), yaitu :
1.        Bilangan di dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam perincian atau paparan.
Contoh : Di antara 50 anggota yang hadir dalam rapat itu 40 orang setuju, dan 10 orang tidak setuju dengan argumen Deni.
2.        Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata, susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu tidak ada pada awal kalimat.
Contoh : Panitia mengundang 250 orang peserta dalam seminar itu (bukan 250 orang peserta diundang Panitia dalam seminar itu).
3.        Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
Contoh : Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.
- Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
4.        Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi; (b) satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah. Contoh : 0,5 sentimeter.
5.        Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar. Contoh : Jalan Pulau Buton II No. 5.
6.        Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Contoh : Halaman 78
7.        Penulisan bilangan dengan huruf.
Contoh : Bilangan utuh: dua belas (12), tiga puluh (30), dll.
8.        Penulisan bilangan tingkat.
Contoh : Pada awal abad XX  (angka Romawi kapital).
9.        Penulisan bilangan yang mendapat akhiran –an. 
Contoh : Tahun1950-an (Tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
10.    Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks (kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi).
Contoh : Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
11.    Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Contoh : Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.

2.5.2 Penggunaan Tanda Baca
1.       Tanda Titik ( . )
a.    Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh : Saya suka makan nasi.
Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.
b.    Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang. Contoh : Irwan S. Gatot
Apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan.
Contoh : Anthony Tumiwa
c.    Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh: Dr. (doktor)
d.   Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik. Contoh : dll. (dan lain-lain)
e.    Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Contoh : Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)
f.     Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh : Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.
g.    Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
Contoh : Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.
h. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Contoh : DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
i.      Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang. Contoh : Cu (tembaga)
j.      Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Contoh : Latar Belakang Pembentukan
2.       Tanda Koma (,)
a.    Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan. Contoh : Saya menjual baju, celana, dan topi.
b.    Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.
Contoh : Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.
c.    Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh : Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
d.   Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
Contoh : Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
e.    Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi. Contoh : Oleh karena itu, kamu harus datang.
f.     Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat. Contoh : Wah, bukan main.
g.    Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Contoh : Kata adik, "Saya sedih sekali".
h.    Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan. Contoh : Medan, 18 Juni 1984
i.      Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Contoh : Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.
j.      Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Contoh : Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990), hlm. 22.
k.    Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya   untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Contoh : Rinto Jiang, S.E.
3.       Tanda Titik Koma (;)
a.  Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara. Contoh : Malam makin larut; kami belum selesai juga.
b.  Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh
: Ayah mengurus tanamannya di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.
4.       Tanda Titik Dua (:)
a.    Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian. Contoh : Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
b.    Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh :
Ketua                         : Borgx
Wakil Ketua               : Hayabuse
Sekretaris                   : Ivan Lanin
Wakil Sekretaris         : Irwan Gatot
c.    Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Contoh :
Borgx :"Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!"
Rex    : "Siap, Boss!"
d.   Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab-kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
Contoh :
(i) Tempo, I (1971), 34:7
(ii) Surah Yasin:9
(iii) Karangan Ali Hakim, Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
e.    Tanda titik dua dipakai untuk menandakan nisbah (angka banding).
Contoh : Nisbah siswa laki-laki terhadap perempuan ialah 2:1.
f.     Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan. Contoh : Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
 5.      Tanda Hubung (-)
a.    Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang. Contoh : anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
b.    Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal. Contoh :  p-e-n-g-u-r-u-s
c.    Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
Bandingkan
: ber-evolusi dengan be-revolusi
d.   Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan -an, (d) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan rangkap.
Contoh:
se-Indonesia
e.    Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing. Contoh : di-charter
 6.       Tanda Pisah (–, —)
a.    Tanda pisah em (—) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
Contoh : Wikipedia Indonesia—saya harapkan—akan menjadi Wikipedia terbesar.
b.    Tanda pisah em (—) menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih tegas.
Contoh : Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
c.    Tanda pisah en (–) dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai dengan atau di antara dua nama kota yang berarti 'ke', atau 'sampai'.
Contoh:
1919–1921, 10–13 Desember 1999
d.   Tanda pisah en (–) tidak dipakai bersama perkataan dari dan antara, atau bersama tanda kurang (−). Contoh : dari halaman 45 sampai 65, bukan dari halaman 45–65
7.       Tanda Elipsis (...)
a.    Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk menuliskan naskah drama. Contoh : Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
b.    Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung. Contoh:
Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat. Contoh : Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....
8.       Tanda Tanya (?)
a.    Tanda tanya dipakai pada akhir tanya. Contoh : Kapan ia berangkat?
b. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Contoh :
Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
9.       Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat. Contoh : Bersihkan meja itu sekarang juga!
10.     Tanda Kurung ((...))
a.    Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan. Contoh :
Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.
b.    Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan. Contoh : Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada) membentuk sistem satelit domestik di Indonesia.
c.    Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan. Contoh : Pembalap itu berasal dari (kota) Medan.
d.   Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Contoh:
Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c) promosi.
11.     Tanda Kurung Siku ([...])
a.    Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli. Contoh : Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
b.   Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung. Contoh : Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.
12.     Tanda Petik ("...")
a.    Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain. Contoh : "Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!"
b.    Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Contoh : Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
c.    Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Contoh : Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja.
d.   Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Contoh
: Kata Tono, "Saya juga minta satu."
e.    Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Contoh : Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam".
13.     Tanda Petik Tunggal ('...')
a.    Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contoh
: Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
b.    Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing. Contoh : feed-back 'balikan'
14.     Tanda Garis Miring (/)
a.    Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Contoh : No. 7/PK/1973
b.    Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau sebagai tanda bagi dalam pecahan dan rumus matematika. Contoh : 7/8 atau 78
c.     Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau.
15.     Tanda Penyingkat (Apostrof)(')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Contoh
: 1 Januari '88 ('88 = 1988)



BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari ini yang dapat kita simpulkan adalah betapa banyak tanda baca serta beragam nya ejaan di bahasa kita ini.


DAFTAR PUSTAKA

Sugihastuti, hartono. 2006. Editor Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
            Finoza, Lamudin. 1993.Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Insan Mulia,.
Alwi, Hasan.2003, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi-2. Jakarta: Bala
Badudu, J.S. 1983. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Gramedia.
Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia Dengan Baik dan Benar. Jakarta: Pustaka Jaya.
http://melkyat.blogspot.co.id/2013/11/ejaan-dan-kaidah-tata-tulis.html diakses pada 3 April 2017
http://thedemurely.blogspot.co.id/2014/12/aturan-penulisan-kata-unsur-serapan-dan.html diakses pada 3 April 2017
http://okaampas.blogspot.co.id/2012/12/pemakaian-istilah-bahasa-indonesia.html diakses pada 3 April 2017
http://www.mondayflashfiction.com/2013/05/penulisan-kata-kata-dasar-kata-turunan.html diakses pada 3 April 2017
http://ursula-citra-inggil-kasih01.blogspot.co.id/2013/11/1_6496.html diakses pada 3 April 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Struktur Organisasi PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Cabang Cibitung

PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk . (“ICBP”) merupakan salah satu produsen produk konsumen bermerek yang mapan dan terkemuka, dengan kegiatan usaha utama antara lain mi e instan, dairy, makanan ringan, penyedap makanan, nutrisi dan makanan khusus serta minuman. Guna mendukung kegiatan usaha utamanya, ICBP juga menjalankan kegiatan usaha kemasan yang memproduksi baik kemasan fleksibel maupun karton. ICBP menawarkan berbagai pilihan produk solusi sehari-hari bagi konsumen di segala usia dan segmen pasar, melalui lebih dari 40 merek produk. Banyak di antara merek-merek tersebut merupakan merek terkemuka dengan posisi pasar yang signifikan di Indonesia, serta memperoleh kepercayaan dan loyalitas jutaan konsumen selama bertahun-tahun. Dengan didukung oleh jaringan distribusi yang ekstensif dari perusahaan induk, sebagian besar produk ICBP telah tersedia di seluruh nusantara, dan juga dapat memenuhi permintaan pasar secara tepat waktu dan lebih efisien. Kegiatan operasional yang

Peran, Fungsi, dan Kedudukan Bahasa Indonesia

BAB I P ENDAHULUAN 1.1       Latar Belakang Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang ke orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan tujuannya. Bahasa Indonesia itu sendiri merupakan bahasa yang sudah dipakai oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu,namun tidak semua orang mengerti peranan dan fungsi dari bahasa Indonesia tersebut selain menjadi alat komunikasi,dan tidak semua orang mengerti kedudukan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia perlu dipelajari oleh semua lapisan masyarakat. Tidak hanya pelajar dan mahasiswa saja,tetapi seluruh warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia. 1.2       Tujuan Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari peran,fungsi serta kedudukan bahasa Indonesia. Karena sebagai warga Indonesia kita wajib mengetahui dan memahami peran,fungsi dan kedudukan bahasa Indonesia secara umum. 1.3       Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari bahasa 2. Apa pengertian dari bahasa Indones

Kalimat Efektif dan Kalimat Turunan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1       LATAR BELAKANG Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang d