BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Bahasa adalah alat untuk
berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain
pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang
ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah
dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau
dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat
mencapai sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat
yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami
oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah
tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas,
dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan
tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan
bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang
dituliskan. Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya
secara tepat, unsur kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit.
Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan.
Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan.
Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan
komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim, 1994:86)
Kalimat Turunan adalah Kalimat
non inti merupakan hasil proses dari transformasi Kalimat Inti. Sebuah kalimat
inti dapat ditransformasikan menjadi kalimat transformasi atau kalimat luas
dengan mengubah ciri-cirinya, tetapi dengan tetap mempertahankan kata pada
Subjek dan Predikat sebagai intinya.
Dalam karangan ilmiah sering kita
jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal
ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan
kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu,
pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat
tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk
membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan kalimat
efektif ?
2. Apa saja batasan kalimat efektif
yang benar ?
3. Apa saja unsur-unsur kalimat
efektif ?
4. Apa yang dimaksud kalimat turunan
?
5. Apa ciri-ciri kalimat turunan ?
6. Bagaimana Proses pembentukan
kalimat turunan ?
7. Apa saja unsur-unsur kalimat
turunan ?
1.3
Tujuan
1.
Dapat
menjelaskan pengertian tentang kalimat efektif
2. Dapat menjelaskan tentang batasan
kalimat efektif yang benar
3. Dapat menjelaskan unsur-unsur
kalimat efektif
4. Dapat menjelaskan pengertian
tentang kalimat turunan
5. Dapat menjelaskan ciri-ciri
kalimat turunan
6. Dapat menjelaskan proses
pembentukan kalimat turunan
7. Dapat menjelaskan unsur-unsur
kalimat turunan
8. Agar tidak terjadi kesalahan
dalam penggunakan bahasa Indonesia sehingga menjadi baik dan benar
9. Mengetahui apa dan bagaimana
penggunaan kalimat efektif dalam berbahasa
10.Menjaga
kemurnian bahasa Indonesia
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Kalimat Efektif
2.1.1 Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif ialah kalimat yang
memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran
pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran pembicara atau
penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga
kejelasan kalimat itu dapat terjamin. Sebuah kalimat efektif mempunyai
ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan
makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan
bahasa.
2.1.2 Syarat Syarat Kalimat Efektif
Adapun
syarat dari kalimat efektif ada 4 yaitu:
1. Mudah
dipahami oleh pendengar atau pembaca.
2. Tidak
menimbulkan kesalahan dalam menafsirkan maksud
sang penulis.
3. Menyampaikan
pemikiran penulis kepada pembaca atau pendengarnya dengan tepat.
4. Sistematis
dan tidak bertele-tele.
2.1.3
Unsur-Unsur
Kalimat Efektif
1.
Kesepadaan
Struktur
Kespadanan adalah
keseimbangan antara gagasan atau pemikiran dengan struktur bahasa yang dipakai
dalam kalimat. Kesepadanan dalam kalimat ini diperlihatkan dengan adanya
kesatuan gagasan dan kesatuan pikiran. Ciri-ciri kalimat yang memiliki
kesepadanan struktur, yaitu:
o
Memiliki
subjek dan predikat yang jelas
Contoh
:
Ø Bagai
semua siswa kelas 2 harus mengikuti kegiatan study tour. (Tidak efektif)
Ø Semua
siswa kelas 2 harus mengikuti kegiatan study tour. (Efektif)
Untuk
menghindari ketidak jelasan subjek, hindarilah pemakaian kata depan (Preposisi)
di depan subjek.
o
Tidak
memiliki subjek yang ganda didalam kalimat tunggal.
Contoh
:
Ø Pembangunan Jalan itu
kami dibantu oleh semua warga desa. (Tidak Efekti)
Ø Dalam membangun jembatan
itu, kami dibantu oleh semua warga desa. (Efektif)
2.
Kepararelan
Bentuk
Kalimat
efektif memiliki kesamaan bentuk kata yang digunakan di dalam kalimat. Yang
dimaksud dengan kesamaan bentuk kata adalah jika kata pertama berbentuk verba,
maka kata selanjutnya berbentuk verba. Namun, jika kata pertama berbentuk
nomina, maka kata selanjutnya berbentuk nomina.
Contoh:
Ø Langkah-langkah
dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan pengaplikasian
definisi kaliamt efektif. (Tidak efektif)
Ø Langkah-langkah
dalam menulis kalimat efektif adalah memahami, mengetahui, dan mengaplikasikan
definisi kalimat efektif. (Efektif)
3.
Kehematan
Kata
Kalimat
efektif tidak menggunakan kata-kata atau frasa yang tidak perlu digunakan.
Untuk menghindari pemborosan kata di dalam kalimat, hal yang harus diperhatikan
adalah:
o
Menghindari
unsur yang sama pada kalimat majemuk
Contoh:
Ø Saya
tidak suka buah apel dan saya tidak suka duren. (Tidak efektif)
Ø Saya
tidak suka buah apel dan duren. (Efektif)
o
Menghindari
kesinoniman dalam kalimat
Contoh:
Ø Saya
hanya memiliki 3 buah buku saja. (Tidak efektif)
Ø Saya
hanya memiliki 3 buah buku. (Efektif)
o
Menghindari
penjamakan kata pada kata jamak
Contoh:
Ø Para
mahasiswa-mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat. (Tidak efektif)
Ø Para
mahasiswa berunjuk rasa di depan gedung rektorat. (Efektif)
4.
Kecermatan
Yang
dimaksud kecermatan adalah cermat dan tepat dalam memilih kata sehingga tidak
menimbulkan kerancuan dan makna ganda.
Contoh:
Ø Guru
baru pergi ke ruang guru. (Tidak efektif)
Ø Guru
yang baru pergi ke ruang guru. (Efektif)
5.
Ketegasan
Kalimat
efektif memberikan penegasan kepada ide pokonya sehingga ide pokonya menonjol
di dalam kalimat tersebut. Berikut cara memberikan penegasan pada kalimat
efektif.
o
Meletakan
kata kunci di awal kalimat
Contoh:
Ø Sudah
saya baca buku itu. (Tidak efektif)
Ø Buku
itu sudah saya baca. (Efektif)
o
Mengurutkan
kata secara bertahap.
Contoh:
Ø Pertemuan
itu dihadiri oleh menteri pendidikan, gubernur dan presiden. (Tidak efektif)
Ø Pertemuan
itu dihadiri oleh presiden, menteri pendidikan dan gubernur. (Efektif)
6.
Kepaduan
Yang
dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat
itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
1. Kalimat
yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris. Oleh karena itu, kita hidari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Contoh kalimat tidak padu: Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian
kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu
dan yang secara tidak sadar bertindak ke luar dari kepribadian manusia Indonesia
dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Kalimat
yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
a. Surat
itu saya sudah baca.
b. Saran
yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
3. Kalimat
di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal.
Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat
itu sudah saya baca.
b. Saran
yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
4. Kalimat
yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang
antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan
kalimat ini :
a. Mereka
membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah
ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka
membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah
ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
7.
Kelogisan
Yang dimaksud dengan
kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya
sesuai dengan ejaan yang berlaku. Perhatikan kalimat di bawah ini:
a. Waktu
dan tempat kami persilakan.
b. Untuk
mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini.
c. Haryanto
Arbi meraih juara pertama Jepang Terbuka.
d. Hermawan
Susanto menduduki juara pertama Cina Terbuka.
Kalimat
itu tidak logis (tidak masuk akal). Yang logis adalah sebagai berikut:
a. Bapak
Menteri kami persilakan.
b. Untuk
menghemat waktu, kami teruskan acara ini.
c. Haryanto
Arbi meraih gelar juara pertama Jepang Terbuka.
d. Hermawan
Susanto menjadi juara pertama Cina Terbuka.
2.1.4
Kesalahan
dalam Menyusun Kalimat Efektif dan Pembetulannya
1.
Pleonastis
Pleonastis
atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya
tidak perlu. Contoh-contoh kalimat yang mengandung kesalahan pleonastis antara
lain:
·
Banyak
tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.
Kalimat ini seharusnya
: Banyak tombol yang dapat Anda gunakan.
·
Kita
harus saling tolong-menolong.
Kalimat ini seharusnya
: Kita harus saling menolong, atau Kita seharusnya tolong-menolong.
2.
Kontaminasi
Contoh
kalimat yang mengandung kesalahan kontaminasi dapat kita lihat pada kalimat
berikut ini:
·
Fitur
terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
Kalimat tersebut akan
menjadi lebih efektif apabila akhiran –nya dihilangkan. Sehingga menjadi
:
·
Fitur
terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
3.
Salah
Pemilihan Kata
Contoh
kalimat yang mengandung kesalahan pemilihan kata dapat kita lihat pada kalimat
berikut ini:
·
Saya
mengetahui kalau ia kecewa.
Seharusnya: Saya
mengetahui bahwa ia kecewa.
4.
Salah
Nalar
Contoh
kalimat yang mengandung kesalahan nalar dapat kita lihat pada kalimat berikut
ini:
·
Bola
gagal masuk gawang.
Seharusnya: Bola tidak
masuk gawang.
5.
Pengaruh
Bahasa Asing atau Daerah (interfrensi)
A.
Bahasa
Asing
Contoh
kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa asing terlihat pada
kalimat berikut:
·
Saya tinggal di Semarang di
mana ibu saya bekerja.
Kalimat ini bisa jadi
mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan kalimat berikut:
I
live in Semarang where my mother work
Dalam bahasa Indonesia
sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
Saya
tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja.
B.
Bahasa
Daerah
Contoh
kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa daerah dapat kita
lihat pada kalimat berikut:
·
Anak-anak sudah pada datang.
Dalam bahasa Indonesia
sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
Anak-anak
sudah datang.
Contoh
lain pengaruh bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa, juga dapat kita lihat pada
kalimat berikut. Penulis menemukan contoh ini dari sebuah rubrik di tabloid
anak-anak Yunior.
·
Masuknya keluar mana? (Jawa: Mlebune
metu endi?)
·
Kita sebaiknya mengganti kalimat
tersebut dengan:
Masuknya
lewat mana?
6.
Kata
Depan Yang Tidak Perlu
Sering
kali kita membuat kalimat yang mengandung kata depan yang tidak perlu seperti
pada kalimat berikut:
Contoh :
·
Di program ini menyediakan berbagai
fitur terbaru.
Agar menjadi efektif,
sebaiknya kita menghilangkan kata depan di, sehingga kalimatnya menjadi:
Program
ini menyediakan berbagai fitur terbaru.
2.1.5
Hal
yang Mengakibatkan Suatu Tuturan Menjadi Kurang Efektif
Ada beberapa hal yang mengakibatkan
suatu tuturan menjadi kurang efektif, antara lain:
1.
Kurang
Padunya Kesatuan Gagasan
Setiap
tuturan terdiri atas beberapa satuan gramatikal. Agar tuturan itu memiliki
kesatuan gagasan, satuan-satuan gramatikalnya harus lengkap dan mendukung satu
ide pokoknya. Kita bisa melihat pada contoh berikut:
Program aplikasi MS Word dapat Anda
gunakan sebagai pengolah kata. Dengan program ini Anda dapat melakukan berbagai
aktivitas perkantoran seperti mengetik surat atau dokumen. MS Word adalah produk
peranti lunak keluaran Microsoft.
Kalimat-kalimat
pada contoh tersebut tidak mempunyai kesatuan gagasan. Seharusnya setelah
diungkapkan gagasan tentang “fungsi MS Word” pada kalimat pertama, diungkapkan
gagasan lain yang saling bertautan.
2.
Kurang
Ekonomis Pemakaian Kota
Ekonomis
dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian kata dalam tuturan. Sebaiknya
kita menghindari kata yang tidak diperlukan benar dari sudut maknanya,
misalnya:
·
Membicarakan tentang transmigrasi
Seharusnya: Membicarakan transmigrasi
·
Sudah pada tempatnya apabila
Seharusnya: Sudah
selayaknya apabila
·
Depresi ekonomi bukan hanya dirasakan
oleh kaum pribumi lapisan bawah, tetapi juga dirasakan oleh kelompok elite
pribumi.
Seharusnya: Depresi ekonomi dirasakan oleh kaum pribumi
lapisan bawah dan kelompok elite.
Atau: Depresi ekonomi
dirasakan kaum pribumi di semua lapisan.
3.
Kurang
Logis Susunan Gagasannya
Tulisan
dengan susunan gagasan yang kurang logis dapat kita lihat pada contoh berikut:
Karena
zat putih telurnya itulah maka telur dan dagingnya ayam itu sangat bermanfaat
untuk tubuh kita. Semua makhluk dalam hidupnya memerlukan zat putih telur,
manusia untuk melanjutkan hidupnya perlu akan zat putih telur.
Kita dapat membuat
tulisan itu menjadi efektif seperti berikut:
Semua
makhluk hidup memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan daging
ayam. Manusia adalah makhluk hidup. Jadi, manusia memerlukan zat putih telur
yang berasal dari telur dan daging ayam untuk melanjutkan hidupnya. Dapat
dikatakan bahwa telur dan daging ayam sangat bermanfaat bagi tubuh.
4.
Pemakaian
Kata-kata Yang Kurang Sesuai Ragam Bahasanya
Pemakaian
bahasa tidak baku hendaknya dihindari dalam ragam bahasa keilmuan.
· Penulis
menghaturkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Gatot A.S atas bimbingannya dalam
menyelesaikan buku ini.
· Sehubungan
dengan hal itu Takdir Alisyahbana bilang bahwa hal bahasa Indonesia dapat
menjadi bahasa internasional.
Pemakaian
kata menghaturkan dan bilang tidak tepat untuk ragam bahsa keilmuan, sehingga
kata-kata tersebut sebaiknya diganti dengan mengucapkan dan mengatakan.
5.
Konstribusi
Yang Bermakna Ganda
Suatu
kalimat dipandang dari sudut tata bahasanya mungkin tidak salah, namun
kadang-kadang mengandung tafsiran ganda (ambigu) sehingga tergolong kalimat
yang kurang efektif. Kalimat yang memiliki makna ganda dapat kita lihat pada
kalimat-kalimat:
·
Istri kopral yang nakal itu membeli
sepatu.
Unsur yang nakal itu
menerangkan istri atau kopral ? Jika yang dimaksud nakal adalah istri, maka
kalimat itu seharusnya menjadi:
Istri
yang nakal kopral itu membeli sepatu.
·
Penyuluh menerangkan cara beternak ayam
baru kepada para petani.
Kata baru pada kalimat
itu menerangkan kata ayam atau cara beternak? Jika kata baru menerangkan cara
beternak, kalimat itu menjadi lebih baik seperti kalimat berikut:
Penyuluh
menerangkan cara baru beternak ayam kepada para petani.
6.
Penyusunan
Kalimat Yang Kurang Cermat
Penyusunan
yang kurang cermat dapat mengakibatkan nalar yang terkandung di dalam kalimat
tidak runtut sehingga kalimat menjadi kurang efektif.
· Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan
ialah untuk mengelola sejumlah manusia memerlukan keprihatinan serta dedikasi
yang tangguh.
Kalimat tersebut dapat
diperbaiki seperti berikut:
Tugas
kemanusiaan dalam suatu jabatan, yakni pengelolaan sejumlah manusia, memerlukan
keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.
Tugas
kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah pengelolaan sejumlah manusia. Hal ini
memerlukan keprihatinan dan dedikasi yang tangguh.
7.
Bentuk
Kata Dalam Perincian Yang Tidak Sejajar
Dalam
kalimat yang berisi perincian, satuan-satuan dalam perincian itu akan lebih
efektif jika diungkapkan dalam bentuk sejajar. Jika dalam suatu kalimat
perincian satu diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat,
perincian lainnya juga diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun
kalimat juga (sejajar).
Contoh kalimat yang
perinciannya tidak sejajar:
· Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan
data, mengklasifikasikan data, dan menganalisis data.
Seharusnya:
Kegiatan
penelitian meliputi pengumpulan data, pengklasifikasian data, dan
penganalisisan data.
· Dengan penghayatan yang sunguh-sungguh
terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan
sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan
seimbang.
Seharusnya:
Dengan
menghayati secara sunguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat
dengan selaras, serasi, dan seimbang.
Atau:
Dengan
penghayatan yang sungguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat
dengan selaras, serasi, dan seimbang.
2.2 Kalimat Turunan
2.2.1 Pengertian Kalimat Turunan
Dalam kajian bahasa dibedakan unsur
bahasa sederhana dan unsur kompleks. Dalam morfologi terdapat kata sebagai
objek kajian morfologi memiliki sifat yang demikian itu yang disebut sebagai
kata dasar atau kata turunan. Kata Dasar merupakan dasar pembentukan kata
turunan, kata turunan merupakan bentukan dari kata dasar.
Kalimat Turunan adalah Kalimat non inti
merupakan hasil proses dari mentransformasikan Kalimat Inti. Sebuah kalimat
inti dapat ditransformasikan menjadi kalimat transformasi atau kalimat luas
dengan mengubah ciri-cirinya, tetapi dengan tetap mempertahankan kata pada S
dan P sebagai intinya.
2.2.2 Ciri-Ciri Kalimat Turunan
Adapun
ciri-ciri dari kalimat turunan:
1. Bersusun
/ majemuk.
2. Tidak
sempurna, elips.
3. Berbentuk
pertanyaan atau perintah
4. Bersifat
medial, pasif dan negatif.
2.2.3
Proses Pembentukan Kalimat Turunan
a. jika
huruf pertama kata dasar adalah l, m, n, q, r, atau w.
Contoh:
me- + luluh → meluluh, me- + makan → memakan.
b. me-
→ mem-, jika huruf pertama kata dasar adalah b, f, p*, atau v.
Contoh:
me- + baca → membaca, me- + pukul → memukul*, me- + vonis → memvonis, me- +
fasilitas + i → memfasilitasi.
c. me-
→ men-, jika huruf pertama kata dasar adalah c, d, j, atau t*.
Contoh:
me- + datang → mendatang, me- + tiup → meniup*.
d. me-
→ meng-, jika huruf pertama kata dasar adalah huruf vokal, k*, g, h.
Contoh:
me- + kikis → mengikis*, me- + gotong → menggotong, me- + hias → menghias.
e. me-
→ menge-, jika kata dasar hanya satu suku kata.
Contoh:
me- + bom → mengebom, me- + tik → mengetik, me- + klik → mengeklik.
f. me-
→ meny-, jika huruf pertama adalah s*.
Contoh:me-
+ sapu → menyapu*.
2.2.4
Aturan
Khusus Kalimat Turunan
Ada beberapa aturan
pembentukan kata turunan nya, yaitu:
1.
ber- + kerja → bekerja (huruf r
dihilangkan)
2.
ber- + ajar → belajar (huruf r
digantikan l)
3.
pe + perkosa → pemerkosa (huruf p luluh
menjadi m)
4.
pe + perhati → pemerhati (huruf p luluh
menjadi m)
BAB 3
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Jadi bisa di ambil kesimplan bahwa,
kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali
gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam
pikiran pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan
informasi itu sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin.
Kalimat Turunan adalah hasil proses dari
mentransformasikan Kalimat Inti. Sebuah kalimat inti dapat ditransformasikan
menjadi kalimat transformasi atau kalimat luas dengan mengubah ciri-cirinya,
tetapi dengan tetap mempertahankan kata pada S dan P sebagai intinya.
Komentar
Posting Komentar