A.  PENGERTIAN PANDANGAN HIDUP
           
Setiap  manusia  mempunyai  pandangan  hidup. 
Pandangan  hidup  itu bersifat  kodrati. Karena  itu ia
menentukan masa  depan  seseorang. Untuk  itu perlu 
dijelaskan  pula apa  arti pandangan hidup.  Pandangan hidup
artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan.
Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan
pengalaman sejarah  menurut  waktu  dan tempat  hidupnya.
           
Dengan  demikian  pandangan  hidup  itu bukanlah 
timbul  seketika  atau  dalam  waktu yang  singkat
saja, melainkan  melalui  proses  waktu yang lama dan 
terus menerus,  sebingga basil  pemikiran  itu dapat  diuji kenyataannya.Hasil pemikiran itu dapat diterima oleh
akal, sehingga diakui kebenarannya. Atas dasar ini manusia  menerima 
hasil pemikiran  itu sebagai pegangan,  pedoman,  arahan, 
atau petunjuk yang disebut  pandangan  hidup.
           
Pandangan   hidup  banyak  sekali  macamnya  
dan  ragamnya,   akan  tetapi  pandangan hidup 
dapat  diklasifikasikan   berdasarkan asalnya  yaitu
terdiri dari  3 macam  :
- Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya
- Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan nonna yang terdapat pada negara tersebut.
- Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.
           
Apabila pandangan hidup itu diterima oleh sekelompok orang sebagai pendukung
suatu  organisasi,  maka  pandangan  hidup  itu
disebut  ideologi.  Jika  organisasi  itu organisasi
politik,  ideologinya  disebut  ideologi  politik. 
Jika organisasi  itu negara,  ideologinya  disebut
ideologi  negara. Pandangan   hidup  pada 
dasarnya  mempunyai   unsur-unsur  yaitu 
cita-cita,  kebajikan, usaha,  keyakinan/kepercayaan. Keempat unsur
ini merupakan satu rangkaian kesatuan  yang tidak terpisahkan.  Cita
– cita  ialah apa yang diinginkan  yang mungkin  dapat  dicapai 
dengan usaha  atau perjuangan.  Tujuan  yang  hendak 
dicapai  ialah kebajikan,  yaitu  segala  hal  yang
baik yang membuat  manusia makmur, bahagia, damai, tentram. Usaha atau
peIjuangan  adalah kerja keras yang dilandasi keyakinan/kepercayaan.
 Keyakinan/kepercayaan diukur dengan kemampuan akal, kemampuan 
jasmani,  dan kepercayaan  kepada  Tuhan.
B.   CIT A-CIT A
           
Menurut   kamus  umum  Bahasa  Indonesia, 
yang  disebut  cita-cita  adalah  keinginan,
harapan,   tujuan  yang  selalu  ada  dalam
 pikiran.  Baik  keinginan,  harapan, 
maupun   tujuan merupakan   apa  yang  mau 
diperoleh  seseorang  pada  masa  mendatang.  
Dengan   demikian cita-cita  merupakan  pandangan 
masa depan, merupakan  pandangan  hidup yang akan datang. Pada 
umumnya   cita-cita  merupakan  semacam  garis 
linier  yang  makin  lama  makin  tinggi, dengan 
perkataan  lain:  cita-cita  merupakan  keinginan, 
harapan,  dan  tujuan  manusia   yang makin 
tinggi  tingkatannya.
           
Apabila  cita-cita  itu tidak mungkin  atau belum mungkin 
terpenuhi,  maka  cita-cita  itu disebut angan-angan. 
Disini persyaratan dan kemampuan  tidak/belum  dipenuhi 
sehinga  usaha untuk mewujudkan  cita-cita  itu tidak mungkin 
dilakukan.  Misalnya  seorang anak bercita-cita ingin 
menjadi  dokter,  ia belum  sekolah,  tidak mungkin 
berpikir  baik,  sehingga  tidak  punya
kemampuan   berusaha  mencapai  cita-cita.  Itu baru
dalam  taraf  angan-angan.
           
Antara masa sekarang   yang merupakan  realita dengan masa yang
akan datang  sebagai ide atau cita-cita  terdapat jarak waktu.
Dapatkah seseorang mencapai  apa yang dicita-citakan, hal itu
bergantung  dari tiga faktor. Pertama, manusianya  yaitu yang
memiliki  cita-cita;  kedua, kondisi yang dihadapi selama mencapai
apa yang dicita-citakan; dan ketiga, seberapa tinggikah cita-cita 
yang  hendak  dicapai.
           
Faktor  manusia  yang mau mencapai  cita-cita 
ditentukan  oleh  kualitas  manusianya. Ada orang yag tidak
berkemauan, sehingga apa yang dicita-citakan hanya merupakan  khayalan
saja. Hal demikian banyak menimpa anak-anak muda yang memang senang berkhayal,
tetapi sulit mencapai apa yang dicita-citakan karena kurang mengukur dengan
kemampuannya sendiri. Sebaliknya dengan anak  yang  dengan  kemauan 
keras  ingin  mencapai apa yang  di cita-citakan, cita-cita
merupakan motivasi  atau  dorongan dalam menempuh hidup untuk
mencapainya. Cara keras dalam mencapai cita-cita merupakan  suatu
perjuangan  hidup yang bila berhasil  akan  menjadikan dirinya
puas.
           
Faktor kondisi yang mempengaruhi tercapainya cita-cita, pada umumnya dapat
disebut yang menguntungkan dan yang menghambat. Faktor yang menguntungkan
merupakan kondisi yang memperlancar tercapainya suatu cita-cita. Sedangkan
faktor yang menghambat merupakan kondisi  yang  merintangi 
tercapainya  suatu cita-cita,  Misalnya  sebagai 
bcrikut  :
Amir dan Budi adalah dua anak pandai dalam
satu kelas, keduanya bercita-cita menjadi sarjana. Amir  anak orang 
yang cukup kaya, sehingga dalam mencapai cita-citanya tidak mengalami hambatan.
Malahan dapat dikatakan bahwa kondisi ekonomi orang tuanya merupakan faktor
yang menguntungkan  atau memudahkan  mencapai cita-cita si
Amir.Sebaliknya dengan Budi yang orang tuanya
ekonominya     lemah, menyebabkan ia tidak mampu mencapai
cita-citanya. Ekonomi orang tua Budi yang lemah merupakan  hambatan
bagi  Budi dalam  mencapai  cita-citanya.
C. KEBAJIKAN
           
Kebajikan  atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan  kebaikan
pada hakekatnya sarna dengan perbuatan  moral, perbuatan  yang sesuai
dengan norma-norma   agama dan etika. Manusia  berbuat 
baik, karena menurut  kodratnya  manusia  itu baik, mahluk 
bermoral. Atas  dorongan  suara hatinya  manusia  cenderung 
berbuat  baik.
           
Manusia adalah seorang  pribadi yang utuh yang terdiri atas jiwa dan
badan. Kedua unsur  itu terpisah  bila manusia  meninggal. 
Karena merupakan  pribadi,  manusia  mempunyai pendapat 
sendiri,  ia mencintai  diri sendiri, perasaan  sendiri,
cita-cita  sendiri dan sebagainya. Justru  karena  itu,
karena  mementingkan diri sendiri, seringkali manusia  tidak mengenal
kebajikan.
           
Manusia merupakan mahluk sosial: manusia hidup bermasyarakat,manusia saling
membutuhkan, saling menolong,saling menghargai sesama anggota  masyarakat.
Sebaliknya pula saling mencurigai, saling membenci, saling merugikan,dan
sebagainya.
Manusia sebagai mahluk Tuhan, diciptakan Tuhan
dan dapat berekembang karena Tuhan. Untuk itu manusia  dilengkapi 
kemampuan  jasmani  dan  rohani juga  fasilitas  alam
sekitarnya  seperti  tanah,  air, tumbuh-tumbuhan dan
sebagainya.
           
Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi, yaitu
manusia sebagai  mahluk  pribadi, manusia  sebagai  anggota
masyarakat,dan manusia sebagai  mahluk Tuhan.
Sebagai
mahluk pribadi, manusia dapat menentukan sendiri apa yang baik dan apa yang buruk.Baik buruk itu ditentukan oleh suara hati.
Suara hati adalah semacam  bisikan  di dalam  hati 
yang  mendesak   seseorang untuk menimbang dan menentukan baik
buruknya suatu perbuatan,tindakan atau tingkah laku. Jadi suara hati dapat
merupakan  hakim untuk diri sendiri.  Sebab  itu, nilai 
suara  hati amat besar  dan penting  dalam  hidup 
manusia.  Misalnya orang  tahu, bahwa  membunuh  itu buruk,
jahat:  suara hatinya  mengatakan  demikian,  namun
manusia  kadang-kadang   tak mendengarkan   suara
hatinya.
Suara hati selalu memilih  yang baik,
sebab itu ia selalu mendesak  orang untuk berbuat yang  baik 
bagi  dirinya.  Oleh  karena  itu, kalau 
seseoraang  berbuat  sesuatu  sesuai  dengan bisikan suara
hatinya, maka orang tersebut perbuatannya pasti baik. Jadi berbuat atau
bertindak menurut  suara hati, maka tindakan  atau perbuatan 
itu adalah baik. Sebaliknya  perbuatan  atau tindakan
berlawanan  dengan suara hati kita, maka perbuatan atau tindakan itu
buruk. Misalnya, suara hati kita mengatakan “tolonglah orang yang menderita
itu”, dan kita berbuat menolongnya, maka  kita membuat 
kebajikan.  Sebaliknya,  apabila hati kita berkata demikian,namun
kita hanya  seolah-olah  tak mendengarkan  suara hati itu,
maka  munafiklah  kita.
           
Karena merupakan anggota masyarakat, maka seseorang juga terikat dengan 
suara masyarakat.    Setiap masyarakat adalah kumpulan
pribadi-pribadi, sehingga setiap suara masyarakat pada hakekatnya  adalah
kumpulan suara hati pribadi-pribadi  dalam masyarakat itu. Sebagaimana suara
hati tiap  pribadi  itu pasti selalu menginginkan yang baik,maka
masyarakat yang terdiri atas pribadi-pribadi  itu pun pasti  suara
hatinya juga menginginkan yang baik, maka masyarakat yang terdiri atas
pribadi-pribadi pasti  suara hatinya juga menginginkan yang baik untuk
kehidupan masyarakatnya. Sebab itu jika benar-benar berdasarkan  pada
suara hati anggota-anggotanya. Suara hati masyarakat pada dasarnya adalah
baik.   Misalnya, warga disuatu  daerah menghendaki kerja bakti
dengan mengadakan pembersihan saluran  air di kampung. Bila kita ikut
beramai-ramai kerja  bakti, berarti  kita mengikuti suara  hati
masyarakat,  kerja bakti itu. Tetapi bila kita tidak mengikutinya berarti
kita tidak mau mengikuti suara hati masyarakat.
           
Sesuatu  yang  baik bagi masyarakat, berarti baik bagi kepentingan
masyarakat. Tetapi dapat  saja terjadi, bahwa sesuatu yang baik bagi
kepentingan umum/masyarakat tidak baik bagi salah seorang   atau
segelintir orang didalamnya atau sebaliknya. Dengan demikian, seseorang harus
tunduk kepada  apa yang  baik bagi masyarakat umum.
Contoh : Budi tidak setuju jalan di depan
rumahnya diperlebar, karena harus memotong bagian depan rumahnya. Tetapi
masyarakat kampung mengusulkan  dan telah disetujui jalan itu harus
diperlcbar  demi keamanan. Akhimya karena desakan seluruh warga, dengan
sangat terpaksa Budi  menyetujuinya.
           
Jadi baik  atau buruk itu dilihat menurut suara hati sendiri. Meskipun
demikian  harus dinilai dan diukur menurut suara atau pendapat umum. Disini
tidak berarti bahwa pendapat umum atau kepentingan umum itu di atas
segala-galanya, sehingga suara hati, pendapat  atau kepentingan 
pribadi-pribadi  diperkosa begitu saja.
Sebagai mahluk Tuhan,  manusia pun harus
mendengarkan suara hati Tuhan. Suara Tuhan selalu  membisikkan agar
manusia berbuat baik dan mengelakkan perbuatan yang tidak baik. Jadi,untuk
mengukur perbuatan baik buruk, harus kita dengar pula suara Tuhan atau kehendak
Tuhan. Kehendak  Tuhan  berbentuk  hukum  Tuhan  atau
hukum  agama.
           
Jadi kebajikan itu adalah perbuatan  yang selaras dengan suara hati kita,
suara hati masyarakat dan  hukum Tuhan. Kebajikan  berarti 
berkata  sopan, santun, berbahasa baik, bertingkah laku baik, ramah tamah
terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak merangsang bagi  yang 
melihatnya.
           
Baik-buruk,  kebajikan  dan ketidakbijakan  menimbulkan daya
kreatifitas  bagi seniman. Banyak  hasil  seni lahir  dari
imajinasi kebajikan dan ketidakbajikan.
           
Namun ada pula kebajikan semua, yaitu kejahatan yang berselubung kebajikan.
kebajikan semu ini sangat berbahaya, karena pelakunya orang-orang munafik, yang
bermaksud meneari keuntungan   diri  sendiri.
Kebajikan  manusia  nyata dan dapat
dirasakan  dalarn tingkah  lakunya.  Karena  tingkah laku
bersurnber pada pandangan hidup, maka setiap orang memiliki tingkah laku
sendin-sendiri, sehingga  tingkah  laku setiap  orang 
berbeda-beda.
Faktor-faktor yang menentukan tingkah laku
setiap orang ada tiga hal. Pertama faktor pembawaan    (heriditas) 
yang telah ditentukan pada waktu seseorang masih dalam kandungan. Pembawaan
merupakan  hal yang diturunkan  atau dipusakai  oleh orang 
tua. Tetapi  mengapa mereka  yang saudara sekandung  tidak
memiliki pembawaan  yang sarna?  Hal itu disebabkan, karena 
sel-sel benih  yang mengandung  faktor-faktor  penentu 
(determinan)  berjumlah  sangat
banyak: pada saat  konsepsi  saling
berkombinasi dengan cara bermacam-macam sehingga menghasilkan  
anak  yang  bermacam-macam juga (prinsip  variasi 
dalam  keturunan). Namun mereka yang  bersaudara  memperlihatkan
kecondongan  kearah  rata-rata,  yaitu  sifat 
rata-rata yang dimiliki oleh mereka yang saudara sekandung  (prinsip
regresi filial). Pada masa konsepsi atau  pembuahan  
itulah  terjadi  pembentukan  temperamen  seseorang.
Faktor  kedua  yang  menentukan
tingkah laku seseorang  adalah  Iingkungan (environ ment).
 Lingkungan   yang  membentuk  seseorang 
merupakan   alam  kedua    yang  terjadinya
setelah  seorang  anak  lahir  (masa  pembentukan
seseorang  waktu  masih  dalam  kandungan merupakan
  alam  pertama  ). Lingkungan membentuk  jiwa
seseorang   meliputi  lingkungan keluarga,  sekolah, dan
masyarakat.  Dalarn lingkungan  keluarga orang tua maupun  anak
-anak yang  lebih  tua merupupakan   panutan 
seseorang,  sehingga  bila yang dianut sebagai teladan berbuat yang
balk-balk,  maka si anak yang tengah membentuk  diri pribadinya 
akan baikjuga. Dalarn   lingkungan   
sekolah   yang  menjadi   panutan   utama
adalah guru, sementara  itu ternan-ternan sekolah ikut serta memberikan
andilnya. Dalam lingkungan sekolah tokoh panutan seorang  anak 
sudah  memiliki  posisi  yang  lebih luas
dibandingkan   dengan  dalarn  keluarga.
Pembentukan    pri bad i  dalarn  
sekolah   terjadi  pada  masa  anak-anak  
at au  masa   sekolah. Lingkungan  ketiga 
adalah  masyarakat,  yang menjadi  panutan  
bagi  seseorang  adalah  tokoh masyarakat  dengan 
masa setelah anak-anak  menjadi dewasa  atau duduk  di
perguruan  tinggi. Selain  tokoh-tokoh  dalarn  rumah 
tangga,  sekolah  dan  masyarakat  yang
merupakan   person, kepribadian seorang anak juga  memperoleh
pengaruh  dari benda-benda atau peralatan  dalarn lingkungaan 
tersebut yang merupakan  non person. Karena itu dalarn pembentukan 
kepribadian pada  umumnya  anak-anak  kota  lebih
trampil  dibandingkan dengan anak  pedesaan, namun dalam 
hubungan  bermasyarakat  lebih-lebih  yang berjenjang 
anak-anak  dari daerah  pedesaan lebih  unggul. Faktor ketiga
yang menentukan  tingkah laku seseorang  adalah pen gala man 
yang khas yang  pemah  diperoleh.  Baik  pengalaman
 pahit yang  sifatnya  negatif,  maupun  pengalarnan
manis  yang sifatnya positif. Memberikan pada manusia suatu bekal yang
selalu dipergunakan sebagai pertimbangan sebelum   seseorang
mengarnbil tindakan. Mungkin sekali  bahwa berdasarkan hati  nurani
seseorang mau  menolong   orang  dalarn  kesusahan,
tetapi  karena pemah  memperoleh   pengalarnan 
pahit  waktu  mau  menolong seseorang sebelumnya, maka niat
baiknya itu tertahan, sehingga diurungkan untuk membantu. Belajar hidup dari
pengalarnan inilah  yang  merupakan  pembentukan  
budaya  dalarn diri seseorang.
           
Dalarn prakteknya, dari ketiga faktor diatas. yaitu hereditas, lingkungan, dan
pengalarnan. manakah  yang paling  dominan? Sulit diberikan
jawaban,  karena  ketiga-tiganya  terjalin  erat
sekali.  Disarnping   itu ketiga  faktor tersebut dalam
membentuk pribadi seseorang  berbeda kekuatannya dengan 
pembentukan  pada  pribadi  lain.
 D.   USAHA / PERJUANGAN
           
Usaha/perjuangan  adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita. Setiap
manusia hams kerja  keras  untuk  kelanjutan  hidupnya,
Sebagian hidup manusia adalah  usaha/perjuangan. Perjuangan  
untuk  hidup,  dan  ini sudah  kodrat  manusia. 
Tanpa  usaha/perjuangan,   manusia tidak dapat hidup
sempuma.  Apabila manusia bercita-cita menjadi kaya, ia harus  kerja
keras. Apabila seseorang bercita-cita menjadi ilmuwan, ia harus rajin belajar
dan tekun serta memenuhi semua  ketentuan  akademik.
           
Kerja keras itu dapat dilakukan dengan otak/ilmu maupun dengan
tenaga/jasmani,  atau dengan kedua-duanya.  Para ilmuwan lebih banyak
bekerja keras dengan otak/ilmunya  daripada dengan 
jasmaninya.   Sebaliknya   pam  buruh,  petani 
lebih  banyak  menggunakan   jasamani daripada 
otaknya.  Para tukang dan pam ahli lebih banyak menggunakan 
kedua-duanya   otak dan jasmani  daripada  salah
satunya.  Para politisi lebih banyak  kerja  otak daripada 
jasmani. Sebaliknya  para prajurit  lebih ban yak kerja jasmani 
daripada  otak.
           
Kerja keras pada dasamya  menghargai dan meningkatkan  harkat dan
martabat manusia. Sebaliknya  pemalas  membuat  manusia 
itu miskin,  melarat,  dan berarti  menjatuhkan  harkat dan
martabatnya  sendiri. Karma  itu tidak boleh bermalas-malas,  bersantai-santai 
dalam hidup ini. Santai  dan  istirahat  ada waktunya  dan
manusia  mengatur  waktunya  itu.
           
Dalam agama pun  diperintahkan  untuk kerja keras. Sebagaimana 
hadist yang diucapkan Nabi Besar  Muhammad  S.A.W.  yang
ditujukan  kepada para pengikutnya:”Bekerjalah    kamu
seakan-akan  kamu  hidup  selama-lamanya.   dan
beribadahlah  kamu  seakan-akan  kamu  akan mati besok.
Allah berfirman  dalarn Al-Qur’an  surat Ar-Ra’du  ayat 
II  : “sesungguhnya   Allah tidak  mengubah  
keadaan  suatu  kaum,  kecuali jika  mereka 
mengubah  keadaan  diri  mereka sendiri”.  Dari haidst dan
firman ini dapat dinyatakan  bahwa manusia  perlu kerja keras untuk
mempenbaiki   nasibnya  sendiri.
           
Untuk  bekerja  keras manusia  dibatasi oleh kemampuan. 
Karena  kemampuan   terbatas itulah timbul perbedaan tingkat
kernakmuran antara manusia satu dan manusia lainnya. Kemampuan  
itu  terbatas  pada  fisik dan 
keahlian/ketrampilan.   Orang  bekerja  dengan  fisik
lemah memperoleh  hasil sedikit, ketrampilan  akan memperoleh 
penghasilan  lebih banyak jika dibandingkan  dengan orang yang tidak
mempunyai  ketrampilan/keahlian. Karena itu mencari ilmu dan
keahlian/ketrampilan   itu suatu keharusan.  Sebagaimana 
dinyatakan dalam ungkapan sastra: “tuntutlah  ilmu dari buaian sampai ke
liang lahat” dalam pendidikan  dikatakan sebagai “long  life
education”
           
Karena  manusia  itu  mempunyai   rasa 
kebersamaan   dan  belas  kasihan  (cinta  kasih)
antara sesama manusia. maka ketidakmampuan atau kemampuan  terbatas yang
menimbulkan perbedaan   tingkat  kemakmuran  
itu  dapat  diatasi  bersama-sama   secara 
tolong  menolong, bergotong-royong.    Apabila  sistem
ini diangkat  ke tingkat organisasi negara,maka negara akan  mengatur
 usaha/peljuangan   warga  negaranya  
sedemikian   rupa,  sehingga   perbedaan tingkat
kemakmuran  antara sesama warga negara dapat dihilangkan atau tidak
terlalu mencolok. Keadaan  ini dapat  dikaji  melalui 
pendangan  hidup/ideologi  yang  dianut  oleh 
suatu  negara.
E.   KEYAKINAN / KEPERCAYAAN
           
Keyakinan/kepercayaan yang menjadi dasar pandangan hidup berasal dari akal atau
kekuaasaan Tuhan. Menurut Prof.Dr.Harun Nasution, ada tiga aliran
filsafat,yaitu aliran naturalisme, aliran intelektualisme, dan aliran gabungan.
(a)  Aliran  Naturalisme
           
Hidup manusia itu dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan
tertinggi. Kekuatan gaib itu dari natur, dan itu dari Tuhan. Tetapi bagi yang
tidak percaya pada Tuhan, natur itulah yang tertinggi. Tuhan menciptakan alarn
semesta lengkap dengan hukum-hukumnya. secara mutlak dikuasai Tuhan. Manusia
sebagai mahluk tidak mampu menguasai alarn ini, karena manusia itu lemah.
Manusia hanya dapat berusaha/berencana tetapi Tuhan yang menentukan .
           
Aliran naturalisme berintikan spekulasi, mungkin ada Tuhan mungkin juga tidak
ada Tuhan. Lalu mana yang benar ? Yang benar adalah keyakinan. Jika kita yakin
Tuhan itu ada, maka kita katakan Tuhan ada. Bagi yang tidak yakin, dikatakan
Tuhan tidak ada yang ada hanya natur.
           
Bagi yang percaya Tuhan, Tuhan itulah kekuasaan tertinggi. Manusia adalah
mahluk ciptaan Tuhan. Karena itu manusia mengabdi kepada Tuhan berdasarkan
ajaran-ajaranTuhan yaitu agarna. Ajaran agarna itu ada dua macarn yaitu :
- Ajaran agarna dogmatis, yang disarnpaikanoleh Tuhan melalui nabi-nabi. Ajaran agarna yang dogmatis bersifat mutlak (absolut),terdapat dalam kitab suci Al-Quran dan Hadist. Sifatnya tetap, tidak berubah-ubah.
- Ajaran agarna dari pemuka-pemukaagarna,yaitu sebagaihasil pemikiranmanusia, sifatnya relatif(terbatas).Ajaranagarnadari pemuka-pemukaagarnatermasukkebudayaan,terdapat dalarn buku-buku agarna yang ditulis oleh pemuka-pemuka agarna. Sifatnya dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembanganjarnan.
           
Apabila  aliran naturalisme  ini dihubungkan  dengan
pandangan  hidup, maka keyakinan manusia  itu bennula  dan  Tuhan.Jadi, pandangan 
hidup  dilandasi  oleh  ajaran-ajaran  Tuhan
melalui   agamanya Manusia yakin  bahwa  kebajikan 
itu  diridhoi oleh  Tuhan. pandangan hidup  yang 
dilandasi  keyakinan   bahwa  Tuhanlah 
kekuasaan   tertinggi,   yang  menentukan
segala-galanya   disebut  pandangan  hidup  religius 
(keagamaan).
           
Sebaliknya, apabila  manusia  tidak  mengakui  adanya 
Tuhan,  natur  adalah  kekuatan tertinggi,  maka 
keyakinan  itu bermula  dan  kekuatan  natur. 
Pandangan  hidupnya  dilandasi oleh  kekuatan  natur. 
Manusia  yakin  bahwa  kebajikan  adalah 
kebajikan  natur.  Pandangan hidup  yang  dilandasi 
oleh  kekuatan  natur  sifatnya  atheisme.  Ini
disebut  pandangan   hidup komunis.
(b)  Aliran  intelektualisme
           
Dasar aliran ini adalah logika / akal. Manusia mengutamakan  akal. Dengan
akal manusia berpikir.  Mana  yang  benar  menu rut
akal  itulah  yang  baik,  walaupun 
bertentangan   dengan kekuatan  hati nurani.  Manusia 
yakin bahwa dengan kekuatan  pikir (akal) kebajikan  itu dapat
dicapai dengan sukses. Dengan akal diciptakan teknologi.  Teknologi adalah
a1at bantu mencapai kebajikan  yang  maksimal,  walaupun 
mungkin  teknologi  memberi  akibat  yang 
bertentangan dengan  hati nurani.
           
Akal berasal  dan  bahasa  Arab,  artinya kalbu,  yang
berpusat  di hati,  sehingga  timbul istilah “hati
nurani”,  artinya daya rasa  Di Barat hati nurani ini menipis,
justru  yang menonjol adalah  akal yaitu logika  berpikir, 
Karena  itu aliran ini banyak  dianut  di kalangan 
Barat  di Timur  orang  mengutamakan   hati
nurani,yang  baik menurut  akal belurn  tentu  baik 
menurut hati nurani.
           
Apabila  aliran ini dihubungkan  dengan pandangan  hidup, maka
keyakinan  manusia  ito bennula  dan akal. Jadi pandangan hidup
ini dilandasi oleh keyakinan kebenaran  yang diterima akal. 
Benar  menurut  akal itulah  yang  baik. Manusia 
yakin  bahwa  kebajikan  hanya  dapat diperoleh 
dengan akal (ilmu dan teknologi). Pandangan hidup ini disebut
llberalisme.Kebebasan akal  menimbulkan   
kebebasan   bertingkah   laku  dan  berbuat,
walaupun   tingkah   laku  dan perbuatan  itu
bertentangan  dengan hati nurani. Kebebasan  akallebih
ditekankan  pada setiap individu. karena  itu individu yang berakal
(berilmu dan berteknologi  tinggi) dapat menguasai individu 
yang  berpikir  rendah  (bodoh).
(c)  Aliran  Gabungan
Dasar aliran ini ialah kekuatan gaib dan juga
akal. kekuatan gaib aninya  kelruatan yang berasal  dan 
Tuhan,  percaya  adanya Tuhan  sebagai dasar keyakinan. 
Sedangkan  aka! adalah dasar kebudayaan,   yang menentukan 
benar  tidaknya  sesuato.  Segala  sesuatu 
dinilai  dengan akal,  baik sebagai  logika  berpikir 
maupun  sebagai  rasa (hati nurani).  Jadi,  apa yang benac
menurut  logika  berpikir juga  dapat diterima  oleh hati
nurani.
           
Apabila aliran ini dihubungkan  dengan pandangan hidup, maka akan timbul
dua kemungkinan  pandangan hidup. Apabila keyakinan lebih berat
didasarlcan pada logika berpildr, sedangkan  hati nurani 
dinomor  duakan,  kekuatan  gaib dari Tuhan  diakui 
adanya  tetapi tidak menentukan, dan logika berpikir tidak ditekankan 
pada logika berpikir individu, melainkan logika berpikir kolektif
(masyarakat),  pandangan hidup ini disebut sosialisme.
           
Apabila dasar keyakinan itu kekuatan gaib dari Tuhan dan akal, kedua-duanya
mendasari keyakinan secara berimbang, akal dalam arti baik sebagai logika berpikir
maupun sebagai daya rasa (hati nurani), logika berpikir baik secara individual
maupun secara kolektif pandangan hidup ini disebut sosialime – religius.
Kebajikan yang dikehendaki  adalah kebajikan menurut logika berpikir dan
dapat diterima oleh hati nurani, semuanya itu berkat karunia Tuhan.
           
Apabila kita kaji maka antara dua pandangan hidup ini terdapat perbedaan pokok.
Pandangan  hidup sosialisme menekankan pada logika berpikir kolektif,
sedangkan  pandangan hidup sosialisme religius menenkankan pada logika
berpikir kolektif individual.Pandangan hidup sosialisme mengutamakan 
logika berpikir dari pada hati nurani, sedangkan sosialisme religius
mengutamakan kedua-duanya logika berpikir dan hati nurani. Pandangan hidup
sosialisme tidak begitu menghiraukan kekuasaan Tuhan, sebaliknya sosialisme
religius kekuasaan Tuhan begitu menentukan.
F.   LANGKAH-LANGKAH 
BERPANDANGAN HIDUP YANG BAlK
           
Manusia pasti mempunyai pandangan hidup walau bagaimanapun bentuknya. Bagaimana
kita memeperlakukan pandangan hidup itu tergantung pada orang yang
bersangkutan. Ada yang memperlakukan pandangan hidup itu sebagai sarana
mencapai tujuan dan ada pula yang memperlakukaan sebagai penimbul
kesejahteraan,  ketentraman dan sebagainya.
           
Akan tetapi yang terpenting, kita seharusnya rnernpunyai langkah-langkah 
berpandangan hidup ini. Karena hanya dengan rnernpunyai langkah-langkah 
itulah kita dapat memperlakukan pandangan  hidup  sebagai 
sarana mcncapai tujuan dan  cita-cita dengan  baik.  Adapun langkah-langkah
itu sebagai berikut :
(1)   Mengenal
           
Mengenal merupakan suatu kodrat bagi rnanusia yaitu rnerupakan  tahap
pertarna dari setiap aktivitas hidupnya yang dalam jal ini rnengenal apa itu
pandangan  hidup. Tentunya kita yakin dan sadar bahwa sctiap manusia itu
pasti rnernpunyai pandangan hidup, maka kita dapat memastikan bahwa pandangan
hidup itu ada sejak rnanusia itu ada, dan bahkan hidup itu ada sebelum manusia
itu bel urn turun ke dunia. Adam dan hawalah dalam hal ini yang merupakan
manusia pertama, dan berarti pula mereka rnernpunyai  pandangan hidup yang
digunakan sebagai pedoman dan yang rnernberi petunjuk kepada mereka.
           
Sedangkan kita sebagai mahluk yang bernegara dan atau beragama pasti mempunyai
pandangan hidup juga dalam beragama, khususnya  Islam, kita
rnernpunyai  pandangan hidup yaitu AI-Qur’an, Hadist dan ijmak Ulama, yang
rnerupakan satu kesatuan dan lidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lainnya.
 (2)  Mengerti
           
Tahap kedua untuk berpandangan hidup yang baik adalah mengerti. Mengerti disini
dimaksudkan   mengerti terhadap pandangan hidup itu sendiri. Bila
dalam bernegara kita berpandangan  pada Pancasila, maka dalam berpandangan
hidup pada Pancasila kita hendaknya mengerti apa  Pancasila 
dan  bagaimana  mengatur  kehidupan bernegara. 
Begitu  juga  bagai yang  berpandangan hidup pada agama
Islam.  Hendaknya  kita mengerti apa itu Al-Qur’an, Hadist dan ijmak
itu dan bagaimana  ketiganya  itu mengatur kehidupan  baik di
dunia maupun di akherat Selain itu juga kita mengerti untuk apa dan dari mana
Al Qur’an, hadist, dan ijmak itu. Sehingga dengan demikian 
mempunyai  suatu konsep pengertian tentang pandangan  hidup
dalam  Agama  Islam.
Mengerti  terhadap pandangan  hidup
di sini memegang  peranan penting. Karena dengan mengerti,  ada
kecenderungan   mengikuti  apa yang terdapat  dalam 
pandangan  hidup  itu.
(3)  Menghayati
           
Langkah  selanjutnya  setelah mengerti pandangan  hidup adalah
menghayati  pandangan hidup  itu. Dengan  menghayati 
pandangan  hidup kita memperoleh  gambaran  yang  tepat dan
benar  mengenai  kebenaran pandangan  hdiup  itu sendiri.
           
Menghayati disini dapat diibaratkan menghayati nilai-nilai yang terkandung
didalanmya, yaitu  dengan  memperluas dan memperdalam pengetahuan
mengenai  pandangan  hidup itu sendiri. Langkah-langkah  
yang  dapat  ditempuh  dalam  rangka  menghayati
 ini, menganalisa hal-hal  yang  berhubungan  dengan 
pandangan  hidup,  bertanya  kepada  orang  yang 
dianggap lebih tabu dan lebih berpengalaman mengenai isi pandangan hidup itu
atau mengenai pandangan hidup itu  sendiri. Jadi dengan menghayati 
pandangan hid up kita akan memperoleh  mengenai kebenaran 
tentang  pandangan  hidup  itu sendiri.
           
Yang  perIu  diingat  dalam  langkah  mengerti 
dan  menghayati  pandangan   hidup  itu, yaitu 
harus  ada.  Sikap  penerimaan  terhadap pandangan hidup
itu sendiri. Dalam sikap penerimaan   pandangan  hidup 
ini  ada  dua  altematif  yaitu 
penerimaan   secara   ikhlas  dan penerimaaan 
secara  tidak  ikhlas.
           
Dengan kata lain langkah mengenai mengerti dan menghayati  ini ada sikap
penerimaan dan hal lain merupakan  langkah  yang menentukan 
terhadap langkah  selanjutnya.  Bila dalarn mengerti  dan
menghayati ini ada penerimaan secara ikhlas,maka langkah selanjutnya akan
memperkuat  keyakinannya.  Akan  tetapi bila sebaliknya 
langkah  selanjutnya  tidak  berguna.
(4)  Meyakini
           
Setelah mengetahui  kebenaran dan validitas, baik secara
kemanusiaan,  maupun  ditinjau dan  segi  kemasyarakatan
 maupun  negara  dan dari  kehidupan  di
akherat,  maka  hendaknya kita meyakini  pandangan 
hidup  yang telah kita hayati itu. Meyakini  ini merupakan 
suatu hal untuk cenderung  memperoleh  suatu kepastian sehingga dapat
mencapai suatu tujuan hidupnya.
           
Dengan  meyakini   berarti   secara 
langsung   ada  penerimaan yang  ikhlas  
terhadap pandangan   hidup  itu.  Adanya  sikap 
menerima  secara  ikhlas  ini maka  ada  kecenderungan
untuk selalu berpedoman kepadanya dalam segala tingkah laku dan tindak
tanduknya selalu dipengaruhi oleh pandangan hidup yang diyakininya. Dalam
meyakini ini   penting juga adanya iman yang teguh. Sebab dengan iman
yang teguh ini dia tak akan terpengaruh oleh pengaruh dari luar dirinya yang
menyebabkan  dirinya tersugesti.
Contoh bahwa keyakinan itu penting dalam
tingkah laku. Kita sebagai umat yang beragama Islam yakin bahwa Allah itu
mempunyai sifat yang malla dari segala yang diantaranya adalah maha mengetahui.
Sifat maha mengetahui ini membuat orang yang meyakininya selalu berbuat
baik,  Dalam hal ini adalah keyakinan yang sebenar-benamya. Akan tetapi
dalam kasus tertentu ada pula orang yang walaupun meyakini, tetapi karena
imannya tipis maka terpaksa melanggar ketentuannya.
(5.)    Mengabdi
           
Pengabdian merupakan sesuatu hal yang penting dalam menghayati dan meyakini
sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya lebih-lebih oleh
orang lain. Dengan mengabdi maka kita akan merasakan manfaatnya Sedangkan
perwujudan manfaat mengabdi ini dapat dirasakan oleh pribadi kita sendiri. Dan
manfaat itu sendiri bisa terwujud di masa masih hidup dan atau sesudah
meninggal yaitu di alam akherat.
           
Dampak berpandangan  hidup Islam yang antara lain yaitu mengabdi kepada
orang tua (kedua orang tua). Dalam mengabdi kepada orang tua bila didasari oelh
pandangan hidup Islam maka akan cenderung untuk selalu disertai dengan ketaatan
dalam mengikuti segala perintahnya.  Setidak-tidaknya  kita menyadari
bahwa kita sudah selayaknya mengabdi kepada orang tua. Karena kita dahulu yaitu
dari bayi sampai dapat berdiri sendiri tokh diasuhnya dan juga kita dididik
kepada hal yang baik.
           
Oleh karena itu seharusnya mengabdi kepada orang tua kita  dengan
perwujudannya yang berupa perbuatan yang menyenangkan hatinya, baik secara
langsung maupun secara tidak langsung. Artinya apapun yang menjadi hambatan dan
tantangan kita untuk tidak mengabdi kepadanya harus selalu ditumbangkan.
           
Jadi jika kita sudah mengenal, mengerti, menghayati,  dan meyakini
pandangan hidup ini, maka selayaknya disertai dengan pengabdian.  Dan
pengabdian ini hendaknya dijadikan pakaian, baik dalam waktu  tentram
Iebih-lebih  bila menghadapi hambatan, tantangan dan sebagainya.
(6) Mengamankan
           
Mungkin sudah merupakan sifat manusia bahwa bila sudah mengabdikan diri pada
suatu pandangan hidup lalu ada orang lain yang mengganggu  dan atau
mayalahkannya  tentu dia tidak menerima dan bahkan cenderung untuk
mengadakan perlawanan. Hal ini karena kemungkinan  merasakan 
bahwa  dalam berpandangan hidup  itu dia  telah  mengikuti
langkah-langkah sebelumnya dan langkah-langkah  yang ditempuhnya itu telah
dibuktikan kebenarannya sehingga akibatnya bila ada orang lain yang
mengganggunya rnaka dia pasti akan mengadakan suatu respon entah respon itu
berwujud tindakan atau lainnya.
           
Proses  mengamankan ini merupakan langkah terakhir.Tidak mungkin atau sedikit kemungkinan 
bila belum mendalami  langkah sebelumnya  lalu akan ada proses
mengamankan ini. Langkah yang  terakhir  ini merupakan 
langkah  terberat dan benar-benar membutuhkan iman yang teguh dan kebenaran
dalam menanggulangi segala sesuatu demi tegaknya pandangan hidup  itu.
           
Misalnya seorang yang beragama Islam dan berpegang teguh kepada  pandangan
hidupnyaa,lalu suatu  ketika  dia dicela baik secara langsung 
ataupun  secara  tidak  langsung, maka jelas  dia 
tidak  menerima  celaan  itu. Bahkan  bila ada orang 
yang  ingin  merusak  atau bahkan  ingin 
memusnahkan   agama  Islam baik terang-terangan  
ataupun   secara  diam-diam, sudah  tentu  dan 
sudah  selayaknya  kita mengadakan  tindakan
 terhadap  segala  sesuatu  yang menjadi  pengganggu.
 Referensi
https://sanusiadam79.wordpress.com/2013/04/25/manusia-dan-pandangan-hidup/
Komentar
Posting Komentar